PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI DALAM
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
Hilda
Dhaniartika Nurma’ardi
2227132175
IVC
PGSD
PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji dan syukur bagi ALLAH yang
telah menolong hamba-Nya menyelesaikan proposal penelitian ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Proposal penelitian ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Strategi Dalam Pengembangan Pembelajaran”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berdasarkan sumber.
Proposal penelitian ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari ALLAH akhirnya proposal penelitian ini dapat terselesaikan.
Proposal penelitian ini memuat
tentang “Strategi Dalam
Pengembangan Pembelajaran” serta masih banyak lagi yang saya jelaskan. Penyusun
juga mengucapakan terimakasih kepada dosen kurikulum dan pembelajaran yang
telah membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga Proposal
penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun proposal penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.
Serang,
14 Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………… 2
Daftar
Isi ……………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan …………………………………………….…. 4
A. Latar Belakang Masalah …………………………..........… 4
B. Rumusan Masalah………………………..………………… 4
C. Ruang Lingkup Masalah Dan Fokus Masalah …………… 5
D. Tujuan Penelitian ……………………………………….… 6
E. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………….… 6
F. Sistematika Penulisan ………………………………..…… 7
BAB II Landasan Penelitian ……………………………….……… 8
A. Landasan
Teologis ..……………………………….……… 8
B. Landasan
Filosofis …………..…………………………… 8
C.
Landasan
Teori Dan Konsep ……….......………………… 12
BAB III Metode Penelitian ……………………….………………… 54
A. Pendekatan
Dan Metode Penelitian ……………………… 54
B. Lokasi
Dan Subjek Penelitian …………………….……… 55
C.
Teknik
Pengumpulan Data ………………………..……… 55
D.
Teknis
Analisis Data ……………………………...……… 55
E.
Waktu
Dan Tahapan Penelitian ………………...………… 56
BAB IV Penutup …………………………………………….….…. 58
A. Kesimpulan …………………….…………………......…. 58
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 59
LAMPIRAN……………………………………….…………………… 60
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Seorang
guru merupakan seorang pendidik yang mempunyai kewajiban paling besar dalam
menagangani kelas. Karena pada dasarnya seorang guru merupakan fasilitator yang
sangat berperan penting dalam menunjang suatu proses pembelajaran. Suatu
keberhasilan, tercapai atau tidaknya tergantung dari bagaimana proses seorang
guru dalam membimbing. Pengajaran yang monoton dan itu-itu saja akan membuat
siswa merasa jenuh dan tidak tertarik dalam proses KBM. Selain itu dapat kita
perhatikan bahwa saat ini masih banyak guru yang mendapati kesulit dalam
mengkondisikan kelas. Mengatur banyak siswa dengan karakter yang berbeda-beda
bukanlah hal yang mudah. Butuh kesabaran yang ekstra dilakukan seorang pengajar
dalam menanganinya.
Banyak
hal-hal yang dibutuhkan dalam proses KBM. Tidak hanya melulu soal SILABUS, RPP,
media saja yang harus disiapkan. Tetapi seorang guru pun perlu memiliki suatu
strategi dalam mengkondisikan kelasnya.
Strategi
dalam pembelajaran terkadang memang telihat tidaklah begitu penting, karena
saat mengajar proses dalam mengajar berlangsung begitu saja bahkan terdapat
sesuatu yang tidak terduga, namun memiliki
strategi pembelajaran ternyata sangatlah penting. Dapat dilihat secara
garis umum seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa suasana kelas yang
terkadang tidaklah kondusif dan sulit dikondisikan mendorong seorang pengajar
untuk memiliki strategi dalam pengajaran.
Memilih
strategi pembelajaran sangatlah penting. sebab, seorang guru harus dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling
efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang
dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
(Gafur, 1989). Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu dengan menyesuaikan
berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Dengan memiliki strategi pembelajaran seorang pengajar
dapat mengorganisasian pembelajaran dengan cara meningkatakan daya tarik
pembelajaran melalaui bahan ajar yang disajikan, media pengajaran yang
digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Agar
penerapan strategi dalam pembelajaran dapat sesuai maka pemilihan strategi
dalam pembelajaran pun harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat
keselarasan antara tujuan dan pelaksanaan. Selain itu situasi kelaspun dapat
terkondisikan dan membuat pengajar dapat nyaman menyampaikan pengajarannya
dengan baik dan anak didikpun dapat belajar sesuai dengan yang diharapkan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
2.
Apa saja klasifikasi
strategi pembelajaran?
3.
Apa saja
komponen strategi pembelajaran?
4.
Bagaimana
penerapan strategi pembelajaran?
5.
Bagaimana mengembangkan
strategi pembelajaran?
C. Ruang
lingkup dan fokus masalah
a.
Ruang Lingkup
Untuk
memfokuskan pada tujuan penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup proposal
penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai berikut:
1.
strategi
pembelajaran.
2.
klasifikasi
strategi pembelajaran.
3.
komponen
strategi pembelajaran.
4.
penerapan
strategi pembelajaran.
5.
cara
mengembangkan strategi pembelajaran.
b.
Fokus Masalah
Adapun fokusan masalah
dari penulisan ini ialah:
1.
Strategi
pembelajaran.
2.
klasifikasi
strategi pembelajaran.
3.
komponen
strategi pembelajaran.
4.
penerapan
strategi pembelajaran.
5.
cara
mengembangkan strategi pembelajaran.
D. Tujuan
penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui klasifikasi strategi pembelajaran.
3. Untuk mengetahui komponen strategi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran.
5. Untuk mengetahui Cara mengembangkan strategi
pembelajaran.
E.
Manfaat hasil penelitian
Penelitian ini memberikan
manfaat secara teoritis dan praktis terhadap pengembangan pembelajaran, yaitu:
1.
Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini
secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran, yaitu berupa strategi
dalam mengembangkan pembelajaran yang bersifat problem solving. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi pembelajaran siswa walaupun
guru melakukan proses pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis
Selain
memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat praktis
sebagai berikut:
a.
Bagi Guru
1.
Sebagai strategi ajar alternatif dalam mengelola
pembelajaran agar guru lebih mudah dalam mengarahkan pembelajaran saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.
Memudahkan guru dalam menangani permasalahah dikelas dengan
memilih metode strategi yang cocok dala permasalahan yang dihadapi dikelas.
b.
Bagi Siswa
Siswa
merasa senang dan tidak cepat jenuh karena guru memberikan pengajaran dengan
strategi yang sesuai dengan karakteristik siswa dikelas.
c.
Bagi Sekolah
1.
Salah satu inovasi dalam pembelajaran karena menggunakan
strategi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
2.
Memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka
perbaikan kondisi pembelajaran.
d.
Bagi Peneliti
Sebagai
tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, terutama dalam mengembangan pembelajaran
dengan menggunakan strategi.
F.
Sistematika penulisan
Sistematika
Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam empat bab,
masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:
1. BAB
1: PENDAHULUAN
Bab
ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, ruang lingkup dan
fokusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. BAB
2: LANDASAN TEORI
Bab
ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan landasan teologis keagamaan,
landasan filosofis, dan landasan teori dan konsep.
3. BAB
3: METODE PENELITIAN
Bab
ini akan membahas aturan-aturan yang berkaitan dengan pendekatan dan metode
penelitian , lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan waktu dan tahapan penelitian.
4. BAB
4: PENUTUP
Bab
terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya
dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat
dalam pengembangan selanjutnya.
BAB
II
LANDASAN
PENELITIAN
A. Landasan
teologis
Dengan Nama Allah Yang
Maha Pengasih, Maha Penyayang
(Q.S Al-‘Fatihah :1)
dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Q.S. An-Najm :
39)
Barang
siapa yang akan diberikan kebaikan (nikmat) oleh Allah, diberikannya
penderitaan (terlebih dahulu) (H.R Bukhari)
Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah
untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat
Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah,
maka ia pasti tidak merasakan penderitaan
Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya,
maka Allah pasti akan memberi pertolongan
(Imam Asy Syafi’i rahimahullah)
B. Landasan
filosofis
a.
Filsafat
menurut bahasa
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “philos” dan “sophia”.
Philos, artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau
kebijaksanaan. Dari arti harfiah ini, Filsafat diartikan sebagai cinta yang
mendalam akan kearifan.
b.
Filsafat
menurut para ahli :
1. Plato. Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2. Driyakarya. Filsafat sebagai
perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat,
perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang
penghabisan
3. Al Farabi. Filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Filsafat adalah pandangan hidup yang sebelumnya telah direnungkan dan
difikirkan baik berdasarkan pengalaman, tragedy alam ataupun pemahan setip
individu yang diyakini kebenarannya.
c.
Pengertian
Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik
tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah anda pahami,
dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek
pendidikan.
Melalui studi pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang
landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek
pendidikan.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi
pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan
yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif,
dan normatif.
d.
Peranan
Landasan Filosofis Pendidikan
Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak
pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi
dalam filsafat pendidikan
e.
Fungsi
Landasan Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka
prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktek pendidikan menjadi
efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan
pembangunan.
Landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi
para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.
f.
Filosofis
sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan & pengembangan
kurikulum. Sama halnya dalam Filsafat Pendidikan, dikenal ada beberapa aliran
filsafat, diantaranya perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme.
1.
Perenialisme
Perenial berarti “abadi” , aliran ini beranggapan bahwa beberapa gagasan telah
bertahan selama berabad – abad dan masih relevan saat ini seperti pada saat
gagasan tersebut baru ditemukan. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran
absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.
Essensialisme
Aliran filsafat essensialisme adalah suatu paham yang menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan yang lama , merujuk kepada pendidikan
bersifat “tradisional” atau “back to basics” aliran ini dinamakan demikian
karena filsafat ini berupaya menanamkan pada anak didik hal – hal “essensial”
dari pengetahuan akademik dan perkembangan karakterEssensialisme menekankan
pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada
peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika,
sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi
kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3.
Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas/kreatif , seseorang eksistensialis
sadar bahwa kebenaran itu bersifat relative, dan karenanya itu masing – masing
individu bebas menetukan mana yang benar atau salah . Eksistensialisme
menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4.
Progresivisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.
Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.
Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di
samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir
kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir
kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini
menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan
aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Dalam konteks ini filosofi berperan sebagai sudut pandang
pemikiran-pemikiran yang diterapkan pada proses dan pelaksanaan pemecahan
masalah pendidikan, serta dijadikan salah satu dasar penentuan rencana dan
konsep kurikulum agar tercapai segala cita-cita dan tujuan sebagai kontent dari
kurikulum yang dibuat
Di Indonesia sendiri acuan filosofis mengacu pada pancasila sebagai landasan dominan dari segala perncanaan kurikulum
Di Indonesia sendiri acuan filosofis mengacu pada pancasila sebagai landasan dominan dari segala perncanaan kurikulum
Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat
sebagai acuan atau landasan berpikir. Landasan filsafat tertentu beserta
konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika, epistomologi, logika da
aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep pendidikan yang meliputi
rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, peranan
pendidikan dan peserta didik.
C. Landasan
teori dan konsep
a. Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut
serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum
terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1.
tujuan,
2.
bahan,
3.
strategi, dan
4.
evaluasi.
Tiap
komponen saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi tujuan
bertalian erat dengan bahan, strategi dan evaluasi.Artinya, tujuan yang berlainan,
kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai bahan yang berlainan, strategi yang
berlainan, dan dengan evaluasi yang berlainan pula.
Kesalingterkaitan
komponen-komponen itu dapat di gambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Tujuan
Evaluasi Bahan
Strategi
Tanda
panah dua arah melambangkan interrelasi antara koponen-komponen kurikulum. Kita
melihat tiap komponen manapun ada hubungannya dengan semua komponen lainnya.
Ada yang tampak mudah pada bagan, sebenarnya tidak mudah dalam pelaksanaan
pengembangan kurikulum, apalagi dalam pencapaian tujuan-tujuan yang bersifat
umum, terutama dalam bidang afektif.
1.
Tujuan
Penentuan
tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam
pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai.
Namun demikian, banyak individu/organisasi yang salah kaprah dalam menentukan
tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini
tentu akan membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa
dicapai.
Tujuan
merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi
bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu
yang akan datang dimana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk
menimbulkannya.
Tujuan
kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai
tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam
sistem pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah
Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada 4 tujuan utama yang secara hirarki sebagai
berikut:
1. Tujuan
Nasional Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan
Nasional.
Rumusan
tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari tujuan nasional kemudian dijabarkan ke
dalam tujuan insitusional/lembaga, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan
institusional.
2. Tujuan
Intitusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
umpamanya MI, MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya.
Artinya
apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan
tersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah
menamatkan lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang
diharapkan dimiliki oleh anak yang tamat MI, MTs, atau MA. Rumusan tujuan
institusional harus merupakan penjabaran dan tujuan umum (rasional), harus
memiliki kesinambungan antara satu jenjang pendidikan tinggi dengan jenjang
lainnya (MI, MTs, dan MA sampai ke IAIN/perguruan tinggi). Tujuan institusional
juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari lembaga pendidikannya,
seperti lembaga pendidikan umum, pendidikan guru dan sebagainya.
3. Tujuan
Kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan
institusional).
Tujuan
kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan
hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara operasional, rumusan kemampuan
yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata
pelajaran atau bidang studi tersebut
4. Tujuan
Instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler.
Tujuan
ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab harus
dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar mengajar. Oleh karena itu
tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan proses
belajarmengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional
umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan
tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada
TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus
dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
2.
Bahan
Bahan ajar
atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk
disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya
berupa deskripsi (berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip),
norma(berkaitan dengan aturan), nilai dan sikap, serta seperangkat
tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan
yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan
proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Dilihat dari
aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung,
bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam
pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, dan bahan-bahan panduan utama
lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku,
khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi,
standar materi dan indikator pencapaian.
2.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak
langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai
pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, poster, dan
komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup
materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya
yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Proses
pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan
kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk
kompetensinya, instrumental input
(terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi)
yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi,
serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian
kompetensi.
Bahan
pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting
dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang
akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan
terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan
kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan kompetensi
pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan
uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi
sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci,
peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait adalah sebagai berikut:
a.
Peran bahan pembelajaran
bagi guru
1)
Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara
komprehensi.
2)
Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
3)
Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran
di kelas.
4)
Mempermudah guru dalam penentuan metode pembelajaran
yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa.
5)
Merupakan media pembelajaran.
6)
Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian
pembelajaran.
b.
Peran bahan pembelajaran
bagi siswa
1)
Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2)
Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri
di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
3)
Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata
berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
4)
Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut
tentang materi tertentu.
5)
Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran
secara mandiri.
c.
Peran pembelajaran bagi
pihak terkait
1)
Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi
pengadaan bahan pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
2)
Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran
agar bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap
lingkungannya.
3)
Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media
serta alat pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan
pembelajaran oleh siswa.
4)
Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap
guru yang secara kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.
Bahan
pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai
berikut:
a.
Secara substansial bahan
pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Sesuai dengan visi dan misi
sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan
yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini
sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui
proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibangun diantaranya karena
adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun
harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan
sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan
misi sekolah.
2.
Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah
seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya.
Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi,
indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran
hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator
keberhasilan.
3.
Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan
ajar tersebut disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik)
metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).
4.
Sesuai dengan kebutuhan
siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus
dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata
untuk kepentingan siswa.
Oleh karena itu, maka bahan ajar
yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan
tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.
b.
Memenuhi kriteria penyajian,
yang meliputi:
1.
Memiliki tingkat
keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun
hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang
disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat
sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo
dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2.
Penyajian format dan fisik
bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran
juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak
(layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas
dan ukuran kertas, penjilidan, dan sebagainya. Format dan fisik bahan ajar
sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut
diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan
fisik bahan ajar yang diinginkan.
3.
Strategi
Dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.Strategi Pembelajaran
adalah pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tertentu.
Strategi pembelajaran adalah strategi yang terfokus pada belajar bagaimana
seharusnya belajar (Zamroni, 2000).Strategi ini harus menekankan pada
perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif)
terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual
tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara lain metode
pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif. Pembelajaran model
hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki kemampuan lebih sejauh
mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada
penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
Metode
Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu metode
ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode
eksperimen, dan metode demonstrasi.
Model pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model tradisional
yang berpusat pada guru dan model konstruktivis yang berpusat pada peserta
didik (Arends, 2001). Model pembelajaran tradisonal terdiri atas ceramah atau
presentasi, instruksi langsung, dan pengajaran konsep. Model pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik atau konstruktivis terdiri atas belajar kooperatif,
instruksi berbasis masalah, dan diskusi kelas.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah
mandiri, yaitu :
(1) pembelajaran, dan
(2) evaluasi.
Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Maksudnya
Pembelajaran yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik
untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara
sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian dari setiap metode, dan beberapa metode
digabung menjadi strategi, yang merupakan kombinasi kemampuan dan keterampilan
guru untuk menerapkan metode dan strategi pembelajaran. Teknik yang banyak
digunakan antara lain:
(1) menyampaikan informasi,
(2) memotivasi,
(3) memberi penguatan,
(4) mendengarkan,
(5) memberi dan menjawab pertanyaan, dan
(6) pengelolaan
Pendekatan kurikulum adalah cara kerja dengan
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Secara umum
terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip
KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
1.
Pembelajaran
Langsung;
2.
Pembelajaran
Kontekstual;
3.
Pembelajaran
Berbasis Masalah;
4.
Pembelajaran
Kooperatif.
5.
Pembelajaran
Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan
penguasaan pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai
berikut:
1.
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa;
2.
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan;
3.
Membimbing siswa
berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
4.
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik;
5.
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
6.
Pembelajaran
Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan
materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan
pembelajaran melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
1.
Kegiatan
memfasilitasi;
2.
Kegiatan
mendorong penyelidikan (inquiry);
3.
Kegiatan
merangsang bertanya;
4.
Kegiatan
membentuk komunitas belajar (learning community);
5.
Kegiatan
pemodelan;
6.
Kegiatan
mendorong refleksi;
7.
Kegiatan
penilaian otentik.
8.
Pembelajaran
Berbasis Masalah
4.
Evaluasi
Evaluasi
kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan
baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun
lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
Tujuan evaluasi
kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
perbaikan program
Dalam konteks tujuan ini, peranan
evaluasi lebih bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan
input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
2.
Pertanggungjawaban
kepada berbagai pihak
Selama
dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, perlu adanya semacam
pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada berbagai pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup pihak yang mensponsori
kegiatan pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari
kurikulum yang telah dikembangkan. Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut
mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan, dan
pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang
bersangkutan. Dalam mempertanggungjawabkan hasil yang telah dicapainya, pihak
pengembang kurikulum perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum
yang sedang dikembangkan serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan, jika ada yang masih terdapat. Untuk menghasilkan
informasi mengenai kekuatan dan kelemahan tersebut diatas itulah diperlukan
kegiatan evaluasi.
3.
Penentuan
tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk
jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum tersebut
akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam
kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana kurikulum tersebut akan
disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Untuk menghasilkan informasi yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan, diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.
Prosedur
dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Kajian terhadap evaluan
Langkah pertama yang harus dilakukan evaluator terhadap
kurikulum atau bentuk kurikulum yang menjadi evaluannya. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan pemahaman terhadap karakterisitk kurikulum.
Evaluator harus mempelajari secara mendalam latar belakang
kelahiran suatu kurikulum, landasan filosofi dan teoritis kurikulum tersebut,
ide kurikulum, model kurikulum yang digunakan untuk dokumen kurikulum, proses
pengembangan dokumen kurikulum, proses impelementasi kurikulum, dan evaluasi
hasil belajar.
2. Pengembangan proposal
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada langkah pertama, maka
evaluator kemudian mengembangkan proposalnya. Untuk itu, evaluator memutuskan
pendekatan dan jenis evaluasi yang akan dilakukan. Evaluator dapat menentukan
apakah yang akan digunakannya adalah evaluasi kuantitatif ataukah evaluasi
kualitatif. Tentu saja berbagai faktor pribadinya seperti pendidikan dan
pandangan keilmuannya akan sangat menentukan pendekatan metodologi yang akan
digunakan.
3. Pertemuan atau diskusi proposal
dengan pengguna jasa evaluasi
Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa
evaluasi merupakan langkah penting dan menentukan. Hasil diskusi dengan
pengguna jasa evaluasi akan menentukan apakah proposal yang diajukan akan dapat
ditindak lanjuti atau tidak. Jika evaluator berhasil meyakinkan calon pengguna
jasa evaluasi maka proposal yang diajukan mungkin akan disetujui dan pekerjaan
evaluasi akan dapat dilaksanakan. Artinya, tidak ada pekerjaan evaluasi yang
dilakukan berdasarkan proposal tersebut.
4. Revisi Proposal
Revisi proposal adalah tindak lanjut dari hasil pertemuan
antara pengguna jasa evaluasi dengan evaluator. Apabila dalam pertemuan dan
pembicaraan tersebut berbagai kompenen harus direvisi, maka evaluator wajib
untuk melakukan revisi tersebut. Hasil revisi harus diperlihatkan kembali
kepada pengguna jasa evaluasi dan disetujui.Jika dari hasil diskusi pada
pertemuan itu tidak ada hal yang perlu direvisi, maka langkah revisi ini tidak
diperlukan.
5. Rekruitmen personalia
Rekruitmen personalia untuk pekerjaan evaluasi mungkin saja
dilakukan ketika proposal disusun. Jika prosedur itu yang ditempuh, maka
rekruitmen dianggap sudah terjadi. Dalam hal demikian maka pada proposal jumlah
orang, nama serta kualifikasi harus dicantumkan. Pencantuman itu akan
memberikan nilai lebih pada proposal.
6. Pengurusan persyaratan administrasi
Setiap kegiatan yang berkenaan dengan evaluasi kurikulum
memerlukan berbagai formalitas administrasi. Evaluator harus mendapatkan
persetujuan dari pengguna kurikulum, pimpinan sekolah atau atasannya, dan
mungkin juga dari pejabat yang terkait dengan masalah keamanan sosial politik.
Untuk itu diperlukan berbagai surat seperti surat izin melakukan evaluasi,
surat permohonan kesediaan menjadi responden, surat identitas anggota, dan
sebagainya. Keberadaan surat ini sangat penting dan sangat mutlak diperlukan.
7. Pengorganisasian pelaksanaan
Pengorganisasian pelaksanaan adalah suatu kegiatan manajemen
yang tingkat kerumitannya ditentuakan oleh ruang lingkup pekerjaan evaluasi dan
jumlah evaluator yang terlibat. Semakin luas wilayah yang harus dievaluasi dan
semakin banyak evaluator yang harus dilibatkan maka semakin rumit pula
pekerjaan managemen yang harus dilakukan. Jika evaluasi itu hanya dilakukan
oleh seseorang, managemen tidak akan serumit jika evaluator terdiri dari sebuah
tim.
8. Analisis data
Analisis data tentu saja merupakan tindak lanjut setelah
proses pengumpulan data evaluasi berhasil dilakukan. Ketika model yang
digunakan adalah model kuantitatif dan dengan demikian data utama evaluasi
adalah data kuantitatif. Proses dan teknik pengolahan data yang diakui dalam
model kuatitatif harus dilaksanakan.
9. Penulisan laporan
Sebagaimana halnya dengan analisis data, penulisan laporan
harus dilakukan oleh evaluator dan tim evaluator. Format laporan harus
disesuaikan dengan kesepakatan yang dilakukan pada waktu awal.
10. Pembahasan laporan dengan pengguna
jasa evaluasi
Pembahasan ini diperlukan untuk melihat kelengkapan
laporan.Dalam pembahasan ini, jika pengguna jasa evaluasi memerlukan tambahan
informasi yang memang tercantum dalam kontrak maka evaluator wajib untuk
melengkapi laporan tersebut.
11. Penulisan laporan akhir
Penulisan laporan akhir adalah sebagai hasil dari revisi
yang harus dilakukan evaluator ketika terjadi pembahasan laporan dengan
pengguna jasa evaluasi.
Prinsip-prinsip
evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
tertentu, artinya
setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan
berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
2. Bersifat
objektif, dalam
artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata
dan akurat, yang di peroleh melalui instrumen yang andal.
3. Bersifat
komprehensif, mencakup
semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh
komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama
sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
4. Kooperatif
dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi
kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibatdalam
proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan siswa itu
sendiri, disamping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan
pengembangan.
5. Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu,
biaya, tenaga dan peralatan menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus
diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan
materil yang digunakan.
6. Berkesinambungan.
Hal ini diperlukan mengingat
tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan
kurikulum. Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena
mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan dan keberhasilan
kurikulum.
Langkah-langkah
dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan
pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya
perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana
yang diperlukan. Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam tahap
persiapan, yakni:
a.
Menyusun term of reference (TOR) penilaian, sebagai rujukan
pelaksanaan penilaian. Dalam TOR ini dijelaskan target dan sarana penilaian,
lingkup atau objek yang dinilai, alat dan instrumen yang digunakan, prosedur
dan cara penilaian, organisasi yang menangani penilaian serta biaya pelaksanaan
penilaian.
b.
Klarifikasi,
artinya mengadakan penelaahan perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin
dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan, sumber data, instrumen dan
jadwal penilaian.
c.
Uji
coba penilaian (try-out), yakni melaksanakan teknik dan prosedur penilaian
diluar sampel penilaian. Tinjuan utama adalah untuk melihat keterandalan
alat-alat penilaian dan melatih tenaga penilai termasuk logistiknya, agar
kualiatas data yang kelak akan diperoleh lebih meyakinkan.
2.
Tahap Pelaksanaan
Setelah uji coba
dilaksanakan dan perbaikan atau penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen
penilaian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa kegiatan
yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain:
a.
Pengumpulan
data di lapangan, artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah
dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah
direncanakan.
b.
Menyusun
dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan
persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum (siswa) maupun data
berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilaian.
c.
Menyusun
deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data dan informasi yang diperoleh
dari hasil penilaian. Deskripsi tersebut pada hakikatnya adalah melukiskan
kurikulum yang seharusnya dilaksanakan serta membandingkannya dengan hasil-hasil
penilaian sehingga dapat diketahui kesenjangannya.
d.
Menentukan
judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan kriteria tertentu yang telah
ditentukan. Judgment dapat menggunakan dua macam logika, yakni logika vertikal
dan horizontal.
e.
Menyusun
laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi-rekomendasinya, implikasi
pemecahan masalah dan tindakan korektif bagi para pengambil keputusan
perbaikan/penyempurnaan kurikulum.
Aspek-aspek
dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Penentuan tujuan umum
Tujuan
kurikulum bertalian erat dengan nilai-nilai, aliran-aliran dan
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.Sering tujuan umum ditentukan oleh
pemerintah. Jadi yang perlu dinilai apakah tujuan kurikulum telah sesuai dengan
nilai-nilai bangsa, politik pemerintah dalam pembangunan negara, perkembangan
zaman, aspirasi masyarakat akan tetapi juga kebutuhan anak dalam menghadapi
hidupnya di masa mendatang.
2.
Perencanaan
Tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan harus diterjemahkan ke dalam kegiatan-kegiatan
kurikuler yang lebih rinci, dalam bentuk mata pelajaran, bahan tertentu, proses
belajar mengajar, juga bagaimana cara menyampaikan kepada para pengajar agar
mereka bersedia untuk menggunakannya. Harus diperhatikan agar bahan pelajaran
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu pula dipertimbangkan
soal biaya pelaksanaan kurikulum itu secara nasional. Perencanaan yang baik
akan dapat menghemat biaya uji coba selanjutnya.
3.
Uji coba dan revisi
Tiap
pembaharuan kurikulum hendaknya melalui tahap uji coba dengan sampel terbatas
untuk melihat kelemahan-kelemahan yang perlu di revisi, dapat juga di minta
pendapat dan penilaian para siswa sendiri tentang pengalaman belajar mereka
dengan kurikulum itu, demikian pula pendapat guru, ahli bidang disiplin ilmu,
ahli psikologi dan para pendidik. Berdasarkan uji coba itu diadakan revisi dan
perubahan program pelajaran yang masih dapat lagi diuji cobakan.
4.
Uji lapangan
Setelah diperoleh program yang di anggap cukup mantap
berdasarkan uji coba, maka tiba waktunya untuk melaksanakannya dengan sampel
yang lebih luas sehingga diperoleh situasi yang menyerupai situasi lapangan
yang sebenarnya.Bila uji coba dilakukan untuk menemukan kelemahan-kelemahan
program, maka pada uji lapangan dipelajari kondisi-kondisi di mana kurikulum
itu dapat di jalankan agar berhasil baik. Diperhatikan misalnya kesiapan tenaga
pengajar, administrasi, siswa dan keadaan, lokasi sekolah di kota atau
pedesaan, besar sekolah, fasilitas, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
5.
Pelaksanaan kurikulum
Dalam
pelaksanaan kurikulum perlu diusahakan kerjasama dan bantuan dari kepala
sekolah, guru bahkan juga dari pihak orang tua dan masyarakat umumnya. Salah
satu aspek yang sangat penting namun kurang diperhatikan ialah sistem ujian
lokal maupun nasional.Sistem ujian harus disesuaikan dengan kurikulumnya. Taraf
implementasi perlu dievaluasi oleh para ahli agar dapat diadakan perubahan dan
penyesuaian seperlunya menurut keadaan setempat.
6.
Pengawasan mutu
Suatu program
yang baik dapat mengalami kemerosotan sebagian atau secara keseluruhan, setelah
dipakai selama beberapa tahun. Ada kemungkinan bahannya telah ketinggalan zaman
dan perlu diperbaharui. Bagian-bagian yang ternyata tidak lagi sesuai perlu
diganti dengan yang baru. Kurikulum harus turut berubah mengikuti perkembangan
zaman. Oleh karena itu, perbaikan dan pengembangan kurikulum merupakan proses
yang kontinyu. Penilaian yang terus menerus merupakan syarat mutlak untuk
mengetahui dimana perbaikan, perubahan atau pembaharuan harus diadakan.Bila
kurikulum itu banyak kelemahannya dan tidak lagi memenuhi tuntutan zaman, maka
perlu diadakan pembaharuan kurikulum. Yang jelas ialah bahwa pelaksanaan tiap
kurikulum senantiasa memerlukan follow up untuk memonitor dan menilai
pelaksanan dan perkembangannya. Kalaupun suatu kurikulum perlu diperbaiki atau
diperbaharui, maka keputusan itu seharusnya didasarkan atas penilaian yang
cermat dan kontinyu.
b. Strategi
Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia
militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi,
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa
strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular education
goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang
strategi pembelajaran.
Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi
pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi
mempunyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai
suatu cara penetapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Setelah
mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji pula tentang
istilah lain yang erat kaitannya dengan strategi pembelajaran dan memiliki
keterkaitan makna yaitu pendekatan, metoda, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara pandang
dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred
approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centred approach).
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru
dalam menyampaikan bahan agar tujuan atau kompetensi dasar tercapai.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan
berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru
dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan
teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang
satu dengan yang lain.
Jadi dapat disimpulkan strategi pembelajaran merupakaan
strategi pengorganisasian pembelajaran dengan cara meningkatakan daya tarik
pembelajaran melalaui bahan ajar yang disajikan, media pengajaran yang
digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Strategi itu dapat diciptakan melalui :
Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mempengaruhi
kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi.
Meningkatkan pemahamaan melalui gamabar poster ikon
yang dapat menampilkan isi pelajaran secara visual.
Menggunakan poster afirmasi lucu dan mengandung humor
yang dapat menguatkan dialog internal siswa.
Menggunakan alat bantu belajar dalam berbagai bentuk
seperti kartun dan karikatur yang dapat menghidupakan gagasan
abstarak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik.
Merancang waktu jeda strategis dan mengisinya dengan
kegiatan yang menyenagkan seperti membuat kuis,pertanyaan
lucu,humor,penejelasan tentang transisi menggunakan berbagai sumber yang dapat
mendorong siswa menjadi tertarik dan berminaat pada setiap pelajaran.
c. Klasifikasi
Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa
strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
1.
Strategi
Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru
memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
2.
Strategi
Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang
peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
3.
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis
masalah ini terdapat 3 ciri utama :
1.
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
strategi pembelajaran berbasis masalahmerupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2.
Aktivitas
Pembelajaran Diarahkan Untuk Menyelesaikan Masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.
Pemecahan
Masalah Dilakukan dengan Menggunakan Pendekatan Berpikir Secara Ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
4.
Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir
siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja
kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep
yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman siswa.
5.
Strategi
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajarandengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan.
6.
Strategi
Pembelajaran Kontekstual /Contextual Teaching Learning
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari
usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
ia belajar.
d. Komponen
Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang
mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen,
antara lain guru, peserta didik, bahan pelajaran, tujuan, kegiatan
pembelajaran, metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi dan lingkungan atau
situasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena
itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja
misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan
komponen secara keseluruhan.
1.
Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal
ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak
keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau
merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain
tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh
guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang
diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik
memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam
merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan
kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk
mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan
untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu,
dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama
kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan
target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis
sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen
inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5.
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.
Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil
atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai
tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu
nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain,
sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulisslide dan
lain-lain.
8.
Sumber
Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa
diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan,
dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan
lain-lain.
9.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum,
juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang
telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai
fungsi sumatif dan formatif.
10. Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan
fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan
hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang
lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat
sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan
mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi
pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran.
Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi
pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu: peserta didik sebagai raw input, entering
behavior peserta didik, dan instrumental input atau
sasaran.
a.
Peserta Didik
Sebagai Raw Input
Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka
membelajarkan peserta didik. Untuk itu dalam pembelajaran seorang guru harus
memperhatikan siapa yang dihadapi. Peserta didik pada tingkat sekolah yang sama
cenderung memiliki umur yang sama, sehingga perkembangan intelektual pada
umumnya adalah sama. Dipandang dari kesamaan ini, maka seorang guru dapat
menggunakan metode atau teknik yang sama dalam membelajarkan peserta didik.
Namun demikian di samping persamaan tersebut, peserta masih mempunyai
perbedaan-perbedaan walaupun pada umur yang relatif sama.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
heterogenitas peserta dalam kelas yang sama adalah seorang guru disarankan
untuk menggunakan multimetode dan multimedia. Hal ini disebabkan masing-masing
metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan dimungkinkan
masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode
dan media tertentu.
b.
Entering
Behavior Peserta Didik
Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi
pembelajaran yang sesuai terlebih dahulu harus mengetahui perubahan
perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun
secara behavior peserta didik. Misalnya, apakah tingkat prestasi yang
dicapai peserta didik itu merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang
bersangkutan?. Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik
perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan saat kegiatan belajar
mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku peserta didik
yang dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang
dimaksudkan dengan entering behavior peserta didik. Entering
bahavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
1.
Secara
tradisional, telah lazim para
guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum
menyajikan bahan baru.
2.
Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang
memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan
memenuhi syarat, mengadakan pretessebelum mereka mulai mengikuti
program belajar mengajar.
c.
Instrumental
Input atau Sasaran
Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta
kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
pembelajaran. Yang termasuk dalam instrumental input antara lain guru,
kurikulum, bahan/sumber, metode, dan media. Keberadaan instrumental input ini
sangat mempengaruhi dalam menentukan strategi pembelajaran. Misalnya secara
teoritis, dipandang dari tujuannya maka suatu materi harus disajikan dengan
menggunakan metode laboratorium, namun karena tidak adanya media di sekolah tersebut,
maka diganti dengan metode demonstrasi atau yang lainnya. Persepsi guru atau
persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan pelajaran akan
mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan.Sasaran
itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan
tersebut harus memiliki kualifikasi :
1.
pengembangan
bakat secara optimal
2.
hubungan
antarmanusia
3.
efisiensi
ekonomi dan
4.
tanggung
jawab warga selaku warga negara.
e. Penerapan
Strategi Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen penerapan strategi
pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan
guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia
harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal
dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi
kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya
untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang
telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan.
Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti
dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan
ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan
pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan
contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam
urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau
kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah
diberikan.
2. Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh
pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode
yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu
pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru
haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana
yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan
karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah
a.
Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode tradisional, karena
sejak lama metode ini digunakan oleh para pngajar. Walaupun memiliki banyak
kekurangan metode ini masih tetap digunakan sampai sekarang untuk
membangun komunikasi antara pengajar dan
pebelajar.
b.
Metode
pembelajaran terprogram
Metode pembelajaran terprogram merupakan metode
konvensional yang kini sering digunakan. Metode ini disusun sesuai dengan
kepentingan pembelajaran yang diinginkan, dan dijalankan sesuai dengan
program belajar yang telah dirancang.
c.
Metode
demonstrasi
Metode demontrasi mengedepankan peragaan atau
mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari,baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan.
d.
Metode discovery
Metode discovery merupakan metode yang bertolak dari
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga
pemecahannya secara komprehensif dan bermakna.
e.
Metode simulasi
Metode simulasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu
yang baik atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
f.
Metode
do-look-learn/ karya wisata
Metode ini mengajak siswa ke luar kelas dan meninjau
atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran.
g.
Metode
diskusi
Metode diskusi yaitu siswa dihadapkan pada suatu
masalah berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk
dibahas dan dipecahkan
bersama.
h.
Metode praktikum
Metode praktikum mengedepankan aktivitas percobaan,
sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
i.
Metode studi
mandiri
Metode ini sering disebut dengan metode tugas, jadi
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar.
j.
Metode bermain
peran
Metode ini mengajarrkan siswa untuk melakukan tingkah
laku dalam hubungannya dengan masalah social.
k.
Metode studi
kasus
Metode ini mengedepankan metode berpikir untuk
menyelesaikan masalah dan didukung dengan data-data yang ditemukan.
3. Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru,
alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih media adalah :
a.
Ketepatan dengan
tujuan pembelajaran
b.
Dukungan
terhadap isi pelajaran
c.
Kemudahan
memperoleh media
d.
Keterampilan
guru dalam menggunakannya
e.
Ketersediaan
waktu menggunakannya
f.
Sesuai dengan
taraf berpikir siswa.
4. Komponen keempat adalah waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan
informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
target yang ingin dicapai.
5. Komponen kelima adalah pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan
lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan
kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan
ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi
tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb.
Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara lancar.
f.
Cara
Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Menurut Bafadhal ada tiga indikator pembelajaran unggulan.
Pertama, pembelajaran unggulan apabila dapat melayani semua siswa (bukan hanya
pada sebagian siswa). Kedua, dalam pembelajaran unggulan semua anak
mendapatkankan pengalaman belajar semaksimal mungkin. Ketiga, walaupun semua
siswa mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya sangat bervariasi
bergantung pada tingkat kemampuan anak yang bersangkutan. Dengan demikian,
pembelajaran yang unggul berpusat pada siswa (student center).
Untuk menciptakan proses belajar yang unggul/ berkualitas dalam
pembelajaran fullday, maka perlu dikembangkan strategi khusus yang membuat
siswa termotivasi untuk belajar dan selalu merasakan kesenangan dalam
belajarnya. Dalam mengembangkan strategi belajar yang demikian, siswa menjadi pusat
perhatian utama.
Dewasa ini, pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
lebih dikenal dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasidan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga
mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan
mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif memiliki
persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang
dilakukan pesereta didik untuk menanyakan kesimpulan sendiri sehingga dapat
menjadikan nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran aktif guru dapat
memposisikan dirinya sebagai fasilisator yang bertugas memberikan kemudahan
belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat
secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan, bimbingan, serta mengatur sirkulasi proses
pembelajaran.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan guru dapat
memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode atau strategi yang bervariasi
misalnya kerja kelompok, bermain peran dan memecahkan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas
peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan dalam berefikir maupun dalam
melakukan suatu tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dengan berfikir
kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau
memperbaiki sesuatu.
Berfikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran,
agar peserta didik terbiasa dalam mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan
menurut Campbell, kreatif mengandung arti inovatif, belum ada sebelumnya,
segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Selain itu kreatif adalah berguna,
memiliki lebih baik, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan,
mendidik memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik,
dapat dimengerti.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka
ketujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan
melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran,
peserta didik harus melibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran,
sehingga pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara
aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam
pelaksanaannya, memelukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan
dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.
Pembelajaran yang efektif harus ditunjang dengan lingkungan
memadai, dari situ guru harus mampu mengelola tempat belajar
dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran,
mengelola isi atau materi pembelajaran dan mengelola
sumber-sumber belajar seperti modul dan diktat.
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joy instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik
dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under
pressure). Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya
hubungan yang baik antara peserta didik dan pendidik dalam posisi pembelajaran. Guru memposisikan
diri sebagai mitra belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, bahkan
dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini
disebabkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga memungkinkan siswa dapat
memperoleh informasi lebih cepat dari pada gurunya.
Sehingga dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan tidak ada
beban baik bagi guru maupun bagi peserta didik dalam
melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.
1. Langkah pengembangan strategi pembelajaran.
a. Langkah pertama
mengembangkan strategi pembelajaran
adalah mengidentifikasi urutan pengajaran dan mengelola kelompok
konten/materi dengan menggunakan analisis pembelajaran, mulai dari kemampuan
tingkat rendah dan berlanjut secara hirarkhis. Urutan pembelajaran untuk mencapai tujuan
harus tersusun logis dari kiri atau poin awal, dan proses disebelah kanan.
Tujuan mengindikasikan setiap langkah yang harus dibentuk, dan setiap kemampuan
(subordinat) menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan,
sedangkan prioritas belajar cenderung dikombinasikan dari bawah
keatas dan dari kiri ke kanan.
Karena analisis tujuan mengindikasikan setiap langkah
harus ditunjukkan, dan analisis kemampuan subordinat mengindikasikan kemampuan
yang harus dimiliki dalam belajar, urutan pembelajaran cenderung merupakan
kombinasi antara bagian bawah ke atas atau kekiri ke kanan. Jadi ketrampilan
langkah pertama harus diajarkan terlebih dahulu kemudian baru ketrampilan kedua
dan seterusnya.
Ada tiga pengecualian dalam pendekatan urutan.
Pertama, terjadi ketika dua atau lebih langkah dalam tujuan pembelajaran sama
atau memiliki kesamaan ketrampilan. Pada situasi ini tidak perlu mengajarkan
ulang, tetapi cukup menginformasikan bahwa ketrampilan yang telah dipelajari
akan digunakan kembali dalam prosedur tersebut.
b. Kedua
ketika pembelajaran meliputi penggunaan
beberapa peralatan atau peralatan tunggal.
Analisis pembelajaran mungkin mengindikasikan bahwa
pembelajar akan memerlukan misalnya, mengidentifikasi dan menunjukkan berbagai
macam peralatan pada beragam poin pembelajaran.
c. Ketiga
ketika kebosanan menjadi hasil akhir dari perkiraan,
kelelahan, langkah demi langkah urutan. Jika ini terjadi, lebih baik
mengorbankan beberapa kecakapan dari urutan ideal dan menghentikannya kemudian
menggantikannya dengan minat dan motivasi.
d. Keempat
Pembelajaran berkelompok langkah ini berhubungan
dengan ukuran pengelompokan materi yang akan disajikan dalam
pembelajaran. Anda dapat memutuskan apakah akan menyajikan
informasi setiap tujuan satu persatu dengan diselingi aktivitas,
atau akan menyajikan beberapa tujuan sebelumnya pada berbagai aktivitas. Anda
harus mempertimbangkan lima faktor berikut ketika menetapkan jumlah informasi
yang akan disajikan:
1.
Tingkat usia
para pembelajar
2.
Kompleksitas
materi pembelajaran
3.
Tipe belajar
yang akan diadakan
4.
Aktivitas
belajar yang dapat memfokuskan pada penugasan
e. Kelima
Besarnya waktu yang dibutuhkan Desainer sering
mengarahkan pengelompokan belajar pada dua atau tiga hari kerja atau dalam
semester. Bagaimana dengan separuh hari atau sehari? sistem penyampaian alami
akan membuat perbedaan. Dengan format pembelajaran mandiri, seperti belajar
berbasis komputer atau e-learning, desainer tidak perlu khawatir terhadap
batasan waktu. Sistem penyampaian alami menerima beragam pembelajar, apakah di
bawah bimbingan instruktur, kelompok proses, televisi atau
pendekatan webcast, memerlukan perkiraan waktu dan tidak ada formula ajaib
untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan.
2. Komponen Belajar
Gagne percaya instruksi yang "sengaja
diatur mengatur peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukungproses pembelajaran internal". Oleh karena itu, untuk
mengikat teori instruksi bersama-sama, ia merumuskan sembilan peristiwa
instruksi yang dibutuhkan untuk semua proses belajar dan hasil belajar.
Berikut daftar sembilan peristiwa instruksi yang dibutuhkan untuk semua
proses belajar dan hasil belajar:
a. Mendapatkan Perhatian
Banyak teknik dikerjakan untuk mendapatkan perhatian
pembelajar. Namun, cara terbaik untuk mendapatkan perhatian adalah untuk
menarik minat pelajar. Guru mengetahui dengan baik kesulitan yang terlibat
dalam memotivasi siswa untuk tertarik pada instruksi mereka. John Keller telah
mencoba untuk menangani hal ini dengan mengembangkan Model ARCS motivasi. ARCS
adalah singkatan dari Attention = Perhatian, Relevantion = Relevansi, Confident
= Keyakinan, Satisfaction = Kepuasan. Model ARCS adalah metode untuk
meningkatkan daya tarik motivasional bahan instruksional. Model ini didasarkan
pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang menunjukkan bahwa orang
termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan jika hal itu dirasakan
dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan pribadi, dan jika ada harapan positif
untuk sukses.
Menurut Keller (1988), keempat kondisi yang harus
dipenuhi agar orang tetap termotivasi:
Perhatian, Memiliki perhatian siswa merupakan
prasyarat untuk belajar. Mendapatkan perhatian biasanya cukup mudah, namun
menjaganya bisa sulit.
Relevansi, instruksi yang relevan dengan kebutuhan
peserta didik sekarang dan masa depan.
Keyakinan, Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan
seorang siswa dan prestasi. Orang tidak percaya diri memiliki
ketakutan besar kegagalan.
Kepuasan, membuat orang merasa baik tentang prestasi
mereka. Orang akan merasa lebih percaya diri jika mereka dibuat sadar akan
tugas dan hadiah untuk sukses.
b. Menginformasikan Tujuan Pembelajaran
Harus diberitahu tentang jenis kinerja yang akan
digunakan untuk menentukan apakah mereka telah belajar apa yang seharusnya
mereka belajar.
c. Merangsang Recall Pembelajaran Prasyarat
Menurut teori pemrosesan informasi kognitif,
pembelajaran yang paling baru tergantung pada koneksi dibuat untuk pembelajaran
sebelumnya. Ketika pembelajaran baru akan segera terjadi, informasi sebelumnya
yang relevan harus dilakukan secara internal dapat diakses sehingga dapat
dijadikan bagian dari acara belajar.
d. Menyajikan Bahan Stimulus
Presentasi stimulus sering menekankan fitur yang
mendorong peserta didik untuk memilih apa yang diinginkan.Dapat dilakukan
dengan menggunakan huruf miring, cetak tebal, garis bawah, atau gambar dengan
panah atau lingkaran atau penyorotan. Stimulus presentasi untuk pembelajaran
konsep dan aturan memerlukan penggunaan berbagai contoh. Misalnya, jika Anda
mengajar tentang kotak Anda harus menyajikan kotak besar, kotak
kecil, bujur sangkar warna yang berbeda, bujur sangkar terbuat dari bahan yang
berbeda, dan alun-alun dalam keseharian
e. Memberikan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar biasanya mengambil bentuk
komunikasi antara guru dan siswa yang membantu membimbing pelajar untuk pencapaian
tujuan. Tujuannya adalah untuk membantu dalam proses belajar, dan
untuk memindahkan siswa dari satu keadaan pikiran yang lain. Ini tidak
melibatkan mengatakan pelajar jawabannya, melainkan melibatkan menunjukkan
garis pemikiran yang mungkin akan mengarah pada hasil yang diinginkan.
f.
Eliciting
Kinerja (Praktek)
Memungkinkan pelajar untuk berkomunikasi dengan
instruktur apakah mereka dapat melakukan keterampilan mereka mencoba untuk
belajar. Hal ini dilakukan dengan menyediakan pelajar dengan latihan praktek.
Biasanya, praktek awal dilakukan dengan menggunakan contoh yang sama dengan
peserta didik yang ditunjukkan keterampilan.
g. Memberikan Saran atau Masukan
Tidak hanya harus pembelajar diberi latihan praktek,
mereka harus diberi umpan balik tentang kinerja mereka. Umpan balik dapat
berbentuk lisan, tertulis, komputerisasi, atau diberikan dalam bentuk lain.
Terlepas dari bentuk yang Anda pilih, umpan balik harus memberitahukan peserta
didik tentang tingkat kebenaran dalam kinerja mereka sehingga mereka dapat
memperbaiki upaya selanjutnya
h. Menilai Kinerja
Mendapatkan penampilan dari peserta didik untuk
menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai
untuk menentukan apakah instruksi telah memenuhi tujuan desain, dan juga untuk
belajar apakah setiap siswa telah mencapai tujuan yang diinginkan. Perlu
diingat bahwa penilaian harus sesuai dengan tujuan yang dinyatakan
untuk memberikan penilaian yang akurat.
i.
Meningkatkan
Retensi dan Transfer
Ketika tes atau kursus selesai sebagai langkah
terakhir adalah mencari cara untuk meningkatkan kemungkinan bahwa keterampilan
yang di ajarkan akan digunakan dengan benar oleh peserta didik ketika mereka
menggunakannya di luar konteks belajar. Peserta didik mungkin dapat mengingat
pengetahuan baru dan keterampilan di dalam kelas.
BAB II
METODE
PENELITIAN
A. Pendekatan
dan Metode Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data.
Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek
penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan
penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi
tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita
empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu
penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan
antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode
diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan
kenyataan ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
Adapun jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
B. Lokasi
Dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 04 Pandeglang.
Jalan Graha Pancasila no. 7, Pandeglang, Banten.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Adapun
teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data, ialah sebagai berikut:
1. Observasi Langsung
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan,
dan sebagainya tentang sistematika pengajaran di SD, sewaktu kejadian tersebut
berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi
lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Wawancara
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data
secara jelas dan kongkret jalannya proses pembelajaran dan strategi pengajaran
di SD
Negeri 04 Pandeglang. Dalam penelitian ini,
peneliti akan mengadakan wawancara dengan guru atau pengajar kelas V di SD
SD Negeri 04 Pandeglang.
3. Dokumentasi
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan
data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan
obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan
konkret tentang proses pembelajaran dan strategi pengajaran di SD
Negeri 04 Pandeglang.
D. Teknik
Analisis Data
Setelah
data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di
atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif,
tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif
merupakan suatu tehnik yang menggambarkan
dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat
itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya.
Menurut
M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
E.
Waktu dan Tahapan Penelitian
Dalam
penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
1.
Tahap sebelum kelapangan.
Tahapan
ini dilakukan untuk menyiapakan diri dan segala yang diperlukan agar ketika
sudah berada dilapangan penulis sudah memiliki gambara-gambaran beserta izin
untuk melakukan observasi kesekolah yang dituju.
Tahapan
ini meliputi:
1. Menyiapkan
data
2. Membuat
surat izin observasi
3. Dll.
2.
Tahap pekerjaan lapangan.
Tahapan
ini dilakukan setelah penulis mendapatkan persetujuan untuk melakukan observasi
di SD
Negeri 04 Pandeglang. Tahapan ini meliputi:
1. Menemui
kepala sekola
2. Mewawancarai
guru yang bersangkutan
3. Pengumpulan
data
1. Mencatat
hal-hal penting
2. Mendokumentasikan
dalam bentuk gambar
3. RPP
dan Silabus
3.
Tahap analisis data.
Tahap
ini meliputi analisis data, baik yang diperolah melalui observasi, dokumen
maupun wawancara. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data
dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga
data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang
diteliti.
4.
Tahap penulisan laporan.
meliputi : kegiatan penyusunan hasil observasi
dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Sehingga
tersusunlah proposal penelitian sebagaimana yang diharapkan
BAB
IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut
serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum
terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1. tujuan,
2. bahan,
3. strategi,
dan
4. evaluasi.
Tiap
komponen saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi tujuan
bertalian erat dengan bahan, strategi dan evaluasi. Artinya, tujuan yang
berlainan, kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai bahan yang berlainan,
strategi yang berlainan, dan dengan evaluasi yang berlainan pula.
Strategi pembelajaran adalah strategi yang terfokus pada belajar bagaimana
seharusnya belajar (Zamroni, 2000).Strategi ini harus menekankan pada
perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif)
terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual
tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara lain metode
pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif. Pembelajaran model
hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki kemampuan lebih sejauh
mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada
penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,
dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Depdiknas.2008.
Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah
LAMPIRAN
Laporan Hasil Observasi
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Observasi
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana cara mengajar
yang baik. Dalam hal ini saya selaku mahasiswa PGSD melakukan observasi di
Sekolah SD NEGERI 04 Pandeglang untuk memenuhi tugas dalam bentuk laporan
observasi pembelajaran di kelas. Laporan hasil observasi ini disusun guna
mememenuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum SD. Dengan adanya observasi ini
diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu
pembelajaran. Kemudian kita sebagai sorang calon guru tentunya dapat memilih
mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada murid kita ketika sudah
mengajar kelak.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana
proses kegiatan pembelajaran dikelas.
2. Strategi apa
yang digunakan dalam pembelejaran.
C.Tujuan Penyusunan Laporan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan observasi ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui
proses kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
2. Mengetahui
Strategi apakah yang digunakan dalam pembelejaran.
D.Manfaat observasi
Setelah
melakukan observasi di Sekolah Dasar diharapkan kita dapat memahami bagaimana
cara mengajar yang benar dan mengaplikasikannya ketika kita menjadi guru dimasa
yang akan datang.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam
penyusunan laporan observasi ini adalah
·
Observasi
·
Wawancara.
BAB II
ISI
A. Profil
Sekolah
Identitas Sekolah
Nama SD : SD Negeri Pandeglang 04
Alamat : Jl. Graha Pancasila
No.7
Letak : Sangat Strategis,
Terletak di Pusat Kota dan
Pemerintahan Kabupaten
Pandeglang
Di Belakang Gedung
Graha Pancasila
Luas Lahan : 2.907 M2
Status Lahan : Milik Pemerintah
Status Bangunan : Milik Sendiri
NPSN : 20500144
Status Akreditasi : “A” Berlaku Sejak Tanggal
09-09-2011
Sampai Dengan 09-09-2016
Nomor Telepon Sekolah :
(0253)202523
Jumlah Siswa : 4812 Siswa
Ruang Belajar : 13 Ruang Kelas, Lab. Komputer,
Lab. Bahasa,
Lapangan Olah Raga
Desa-Kelurahan : Pandeglang
Kecamatan : Pandeglang
Nama Kepala Sekolah : Ujang Kaharudin, S.Pd
Nip :
195903011979121005
No. Hp Kepala Sekolah:
081318270759
B. Proses Wawancara dan Observasi di SD
negeri 4 pandeglang
Pada hari Jumat 16 Mei 2014, sekitar pukul 08.30 WIB
saya sampai ke SD
NEGERI 4 Pandeglang untuk melakukan observasi setelah sebelumnya sudah
melakukan perizinan untuk melakukan obervasi ini di jauh-jauh Hari, pertama
yang saya lakukan yakni menemui guru BK dan kepala sekolah di SD tersebut.
Pihak sekolah meminta waktu untuk observasi karena sekolah tersebut sedang
mengikuti lomba didaerah Tangerang, akhirnya kita menyepakati permintaan pihak
sekolah dengan meminta ganti waktu.
namun, pada saat kita ingin melakukan observasi sesuai dengan
perjanjian, kita tidak bisa observasi karena ada rapat dadakan antar guru, dan
kita pun datang dilain waktu. Alhamdulilah, setelah waktu sempat tertunda
akhirya kami kembali di sambut dengan
baik oleh kepala sekolah dan guru-guru disana, terutama bapak Ujang
Kaharudin, S.Pd kepala sekolah
disana. Kami di beri waktu dan ruangan
untuk melakukan observasi yang melebihi kata cukup, Sebelumnya kami diberi
informasi tentang profil SDN 4 pandeglang, Obervasi dilakukan sampai waktu
sebelum sholat zuhur.
C. Hasil
Wawancara dan Observasi
Wawancara dan
Observasi Pertama kepada Guru yang bersangkutan
Topik : Pengembangan
Pembelajaran.
Narasumber : Ibu
Yuyun Yunani, S.Pd
Tetela :
Pandeglang, 19 oktober 1973
Alamat :Jl.
Raya Serang Km. 35 Kamp.Kalangan Tanjung.
Nip :
197310192006042008
Jabatan :
Guru Kelas 5A
Tanggal : Kamis 07 Mei 2015
Tempat : SD
Negeri 04 Pandeglang
D. Daftar
Pertanyaan
1.
Dalam mengajar kelas v ini, ibu
menggunakan kurikulum apa ya?
2.
tidak pindah bu?
3.
apakah ibu mendapat kesulitan dalam
menggunakan K13?
4.
Apakah anak didik mengalami kesulitan
dalam pemblajaran menggunakan k13?
5.
strategi apa saja yang ibu lakukan dalam
mengajar?
6.
bahan dan materi apa saja yang Ibu
digunakan dalam mengajar?
7.
Apakah ibu membuat dan menggunakan media
pembelajaran dalam mengajar?
8.
Apakah ibu hanya mengajar dikelas?
9.
bagaimana teknik ibu dalam mengajar
dikelas?
10.
apa saja sarana prasarana disekolah untuk
menunjang pembelajaran disekolah?
11.
kendala apa saja yang ibu hadapi dalam
proses pembelajaran?
12.
bagaimana ibu menangani keributan
tersebut?
13.
bagaiman cara agar anak siswa seluruhnya
tercangkup daam hal verbal maupun visual?
14.
apa benar penerimaan siswa di lakukan
berdasarkan domisili siswa?
15.
bagaimana cara agar membuat siswa agar
aktif semua dalam KBM?
16.
bagaimana menangani anak yang biasanya
aktif namun tiba-tiba berubah menjadi pasif?
17.
saat ini terdapat sekolah yang
menjadikan membaca sebagai salah satu syarat masuk SD, bagaimana menurut ibu
sedangkan menurut psikolog seharusnya sang anak jangan diajarkan membaca
dahulu?
18.
bagaimana ibu mengetahui kemampuan
setiap masing-masing anak didik?
19.
mana yang lebih ibu tekankan antara
proses dan hasil?
20.
aspek apa saja yang digunakan dalam
penilaian?
21.
bagaimana jika dari ketiga itu ada salah
satu yang tidak tercapai?
22.
bagaimana jika ada siswa yang nilainya
kurang memenuhi?
23.
dalam proses pengajaran tentunya ada
tujuan yang ingin dicapai, bagaimana jika tujua tersebut tidak tercapai?
24.
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai
sesuai dengan kurikulum?
25.
Bagaimana penerapan kurikulum dalam
pembelajaran?
26.
Bagaimana penerapan kurikulum dalam
pembelajaran?
27.
Apa yang ibu lakukan diawal
pembelajaran?
28.
Cara-cara penilaian yang seperti apa
yang ibu lakukan dalam pembelajaran?
29.
Apakah ada konsep dalam kurikulum? Jika
ada sebutkan!
30.
Bagaimana persiapan ibu dalam penerapan
kurikulum?
31.
Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam
pembelajaran di kelas?
32.
Apakah anak didik sering merasakan
kejenuhan dalam pembelajaran?
33.
Metode mengajar seperti apakah yang
lebih disukai oleh anak didik?
34.
Apakah RPP dan silabus penting untuk
digunakan dalam pembelajaran?
35.
Apa yang ibu lakukan disetiap akhir
pembelajaran?
36.
Apakah isi kurikulum yang sekarang beda
dengan yang dulu?
37.
Bagaimana cara ibu menerapkan
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dalam pembelajaran?
38.
Apakah buku pelajaran yang dipakai juga
ikut diganti dalam setiap pergantian kurikulum?
39.
Apa saja komponen-komponen yang ada
dalam kurikulum?
40.
Apakah kurikulum di Indonesia sama
dengan kurikulum di negara-negara lain?
41.
Apakah tersedia panduan pembelajaran
bagi guru?
42.
Adakah dampak positif dan negatif dalam
setiap perubahan kurikulum?
43.
Apa fungsi RPP dan silabus bagi guru?
44.
Apa yang terjadi jika guru tidak
menggunakan kurikulum dalam pembelajaran?
45.
Apakah sering ada masalah yang ibu temui
dalam setiap pembelajaran di kelas?
46.
Bagaimana cara ibu menanggapinya?
47.
Menurut ibu mengapa kurikulum harus
dievaluasi?
48.
Apakah misi dan tujuan sejalan dengan
kurikulum sekolah?
49.
Apakah kurikulum selalu sesuai dengan
perkembangan usia anak didik?
50.
Apakah kurikulum dapat digunakan selama
bertahun-tahun, meningkatkan pengetahuan dan informasi yang dipelajari
sebelumnya?
51.
Jika ibu disuruh memilih antara
kurikulum yang sekarang dengan yang lama lebih memilih yang mana? Mengapa?
52.
Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum?
E. Hasil
Wawancara
P:
Dalam mengajar kelas v ini, ibu menggunakan kurikulum apa ya?
N:
pakai kurukum 2013
P:
tidak pindah bu?
N
: tidak, tetap tidak pindah dan tetap memakai RPP K13
P:apakah
ibu mendapat kesulitan dalam menggunakan K13?
N:
Dibilang sulit ya tidak kok ya enjoy aja dinikmati saja karena memang sudah
seharusnya seperti itu kan.
P:
Apakah anak didik mengalami kesulitan dalam pemblajaran menggunakan k13?
N:
tidak kok, karena gurunya mengajarnya k13 ya berati harus mengikuti
P:
strategi apa saja yang ibu lakukan dalam mengajar?
N:
pertama membuat persiapan,membuat RPP kemudian menyesuaikan dengan programnya
setelah itu baru kita laksanakan, jadi buat perencanaan dulu.
P:
bahan dan materi apa saja yang Ibu digunakan dalam mengajar?
N:
untuk media bisa menggunakan infokus ataupun secara langsung.
P:
apakah ibu membuat dan menggunakan media pembelajaran dalam mengajar?
N:
ya ada juga media pembelajaran yang disesuaikan dengan tema dalam mengajar.
P:
apakah ibu hanya mengajar dikelas?
N:
tentu saja tidak contohnya ketika belajar mengenai ekosistem nah disitu kita
ajalah anak kekebun atau minimal ketaman sekolah kemudian anak disuruh
menjelaskan apa saja ekosistem yang ada ditaman, nah dari situ suanak dapat
menjelaskan. Karena proses belajar secara langsung membuat ssang ank mudah
mengerti dan paham akan apa yang diajarkan.
P:
bagaimana teknik ibu dalam mengajar dikelas?
N:
biasanya dengan membuat kelompok, agar sang anak dapat berdiskusi dengan teman
sekelompoknya
P:
apa saja sarana prasarana disekolah untuk menunjang pembelajaran disekolah?
N:
sekolah memfasilitasi laptop, papan tulis dan infokus
P:
kendala apa saja yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran?
N:
kendalanya itu ketika sedang enak belajar, ada anak yang ribut ngobrol,
sehingga menggangu keseriusan yang lain, akhirnya membuat anak yang sedang
serius belajar bukan terfokus pada apa yang diajarkan malah terfukos pada
keributan tersebut
P:
bagaimana ibu menangani keributan tersebut?
N:
menanganinya dengan cara menasehati anak tersebut.
P:
bagaiman cara agar anak siswa seluruhnya tercangkup daam hal verbal maupun
visual?
N:
caranya dengan menanyakan dan mengalokasikan siswa yang penglihatanyanya kurang
jelas di keposisikan ketempat tempat yang lebih terjangkau oleh penglihatan
mereka. Selain itu untuk siswa yang lain dilakukan perputarantempat duduk.
Sehingga setiap siswa dapat memperoleh hak yang sama.
P:
apa benar penerimaan siswa di lakukan berdasarkan domisili siswa?
N:
tidak juga, saat pihak sekolah menetapkan jarak domisili siswa itu karena agar
siswa dapat tertib terhadap waktu. Jika jarang rumah siswa ke sekolah jauh, itu
akan berpengaruh pada proses penempuhan yang cukup lama dan memakan waktu yang
lebih banyak sehingga dikhawatirkan selain terlambat sang anak juga di takutkan
kewalahan sebelum belajar yang mengakibatkan ketidak optimalan siswa dalam
proses belajar
P:
bagaimana cara agar membuat siswa agar aktif semua dalam KBM?
N:
biasanya dengan cara ganti metode dan strategi dalam pembelajaran sehingga
peserta didik dapat terstimulus untuk lebih aktif
P:
bagaimana menangani anak yang biasanya aktif namun tiba-tiba berubah menjadi
pasif?
N:
menangani anak yang tiba-tiba pasif dengan cara kita menanyakan kepada si anak
mengapa dia bisa berubah dan kita pancing sang anak agar secara tidak sadar ia
mau bercerita. Selain itu kita bekerja sama juga kepada orang tua untuk mencari
tahu penyebab dari kepasifan anak tersebut.
P:
saat ini terdapat sekolah yang menjadikan membaca sebagai salah satu syarat
masuk SD, bagaimana menurut ibu sedangkan menurut psikolog seharusnya sang anak
jangan diajarkan membaca dahulu?
N:
saya kurang setuju jika membaca dijadikan salah satu syarat masuk sekolah
dasar.
P:
bagaimana ibu mengetahui kemampuan setiap masing-masing anak didik?
N:
untuk mengetahui kemampuan kita lakukan dengan cara evaluasi, nah jika nilai
masih kurang bisa kita lakukan dengan car remedial.
P:
mana yang lebih ibu tekankan antara proses dan hasil?
N:
saya lebih menekankan kedua-duanya. Anatara proses dan hasil harus seimbang.
P:
aspek apa saja yang digunakan dalam penilaian?
N:
kalau dalam k13 aspek yang digunakan ada ada 3. Sikap, keberhasilan dan
keterampilan
P:
bagaimana jika dari ketiga itu ada salah satu yang tidak tercapai?
N:
seperti sikap, jika sikapnya tidak baik yang tidak bisa naik namun sebelumnya
diberi perbaikan dulu dan nasehat terlebih dahulu.
P:
bagaimana jika ada siswa yang nilainya kurang memenuhi?
N:
jika terdapat siswa yang nilainya tidak memenuhi berati siswa itu harus diberi
remedial sampai nilainya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Namun jika
setelah berulang-ulang diperbaiki ternyata tetap tidak mencukupi dan sudah
mentok maka untuk menutupi nilai bisa mengambil nilai dari nilai
keterampilannya.
P:
dalam proses pengajaran tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, bagaimana jika
tujua tersebut tidak tercapai?
N:
jika tujuan pembelajaran tidak tercapai tentunya kita harus bertanya dahulu
pada diri sendiri mengapa ini bisa terjadi.
P:
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kurikulum?
N:
sudah namun belum sepenuhnya
P
: Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran?
N
: Guru melakukan pembelajaran sesuai RPP yang berpedoman pada kurikulum atau
silabus pembelajaran
P
: Apa yang ibu lakukan diawal pembelajaran?
N
: -
Mengabsen kehadiran
-
Berdo’a
-
Melakukan apersepsi
-
Menginformasikan tofik, tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran
-
Melakukan pra test
P
: Cara-cara penilaian yang seperti apa yang ibu lakukan dalam pembelajaran?
N
: -
Pra test (penilaian awal)
-
Mid test (penilaian proses)
-
Pos test (penilaian akhir)
P:
Apakah ada konsep dalam kurikulum? Jika ada sebutkan!
N
: Kesesuaianpada usia peserta didik, karakteristik dan lingkungan
P:
Bagaimana persiapan ibu dalam penerapan kurikulum?
N
: - Disesuaikan dengan tugas pokok seorang guru
yaitu membuat RPP
-
Melaksanakan pembelajaran
-
Penggunaan media
-
Alat peraga
-
Melaksanakan penilaian
-
Melaksanakan remedial
-
Pengaiaan
-
Bimbingan
-
Menganalisis ulang harian
-
Mengisi daftar nilai, dan
-
Mengevalusi
P:
Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran di kelas?
N
: Media yang saya gunakan disesuaikan dengan materi, ketersediaan ruangan, juga
disesuaikan dengan karakter anak
P:
Apakah anak didik sering merasakan kejenuhan dalam pembelajaran?
N
: Sering
P:
Metode mengajar seperti apakah yang lebih disukai oleh anak didik?
N:
yaitu metode yang dikuasai oleh guru saja, sehingga pembelajaran lebih bermakna
dan memberikan kesenangan bagi anak didik
P:
Apakah RPP dan silabus penting untuk digunakan dalam pembelajaran?
N
: Tentu Saja
P
: Apa yang ibu lakukan disetiap akhir pembelajaran?
N
: - Menyimpulkan materi pelajaran
-
Umpan balik
-
Pemajangan hasil
-
Tindak lanjut
P
: Apakah isi kurikulum yang sekarang beda dengan yang dulu?
N
: Isinya sama, hanya dalam strategi saja yang beda
P
: Bagaimana cara ibu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dalam
pembelajaran?
N
: Jika setiap pergantian kurikulum pembelajaran dilakukuan dari setiap buku
mana saja yang sesuai (tidak setiap pergantian kurikulum)
P
: Apakah buku pelajaran yang dipakai juga ikut diganti dalam setiap pergantian
kurikulum?
N
: Tidak Selalu
P
: Apa saja komponen-komponen yang ada dalam kurikulum?
N
: - Motivasi
-
Karakteristik Peserta Didik
-
Penghargaan (reword)
-
Pengaturan
-
Belajar Individu atau kelompok
-
penilaian
P
: Apakah kurikulum di Indonesia sama dengan kurikulum di negara-negara lain?
N
: Tidak, kecuali sekolah-sekolah yang bertarap Internasional
P : Apakah tersedia panduan pembelajaran bagi
guru?
N
: Ada
P
: Adakah dampak positif dan negatif dalam setiap perubahan kurikulum?
N
: Positif => adanya perubahan dalam hal pembelajaran yang menuntut
kreatifitas dan inovasi dari lingkungan pendidikan
Negatif => kurikulum sebelumnya belum terealisasi atau kelihatan
keberhasilannya sudah diganti lagi
dengan yang baru, dan menjadi beban bagi tenaga pendidik
P : Apa fungsi RPP dan silabus bagi
guru?
N : Sebagai pedoman/acuan dalam
pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
P : Apa yang terjadi jika guru tidak
menggunakan kurikulum dalam pembelajaran?
N :
Pembelajara tidak akan berjalan lancar dan tidak sesuai
P : Apakah sering ada masalah yang ibu
temui dalam setiap pembelajaran di kelas?
N : Pasti Ada
P : Bagaimana cara ibu menanggapinya?
N : Cara mengatasinya dengan
melaksanakan sebuah perbaikan dalam pembelajaran sehingga masalah yang muncul
dapat diselesaikan
P : Menurut ibu mengapa kurikulum harus
dievaluasi?
N : Karena kurikulum yang diterapkan
sudah tercapai atau belum
P : Apakah misi dan tujuan sejalan
dengan kurikulum sekolah?
N : Iya
P : Apakah kurikulum selalu sesuai
dengan perkembangan usia anak didik?
N: Iya
P : Apakah kurikulum dapat digunakan
selama bertahun-tahun, meningkatkan pengetahuan dan informasi yang dipelajari
sebelumnya?
N : Bisa iya dan bisa tidak, tergantung
pada minat dan guru dalam mengembangkan minat anak didiknya
P: Jika ibu disuruh memilih antara
kurikulum yang sekarang dengan yang lama lebih memilih yang mana? Mengapa?
N: Saya lebih memilih yang sekarang
yaitu KTSP, karena kurikulumnya dapat ditetapkan/disesuaikan oleh sekolah
masing-masing dan standar kelulusannyapun ditetapkan oleh masing-masing
P: Apa kelebihan dan kelemahan
kurikulum?
N:
Kelebihan => setiap sekolah tidak menentukan standar sekolah, karena sudah
ditetapkan secara nasional
Kelemahan => kurikulum masih nasional, jadi
belum tentu kurikulum itu sesuai dengan setiap Sd yang lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
umum kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat
bermanfaat, karena kita bisa memperoleh data informasi yang akuarat langsung
dari objek sasaran.
BAB VI
LAMPIRAN
4.1 Foto – foto pada saat kegiatan observasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar