Kamis, 18 Juni 2015

PROPOSAL PENELITIAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPUH : Drs.Adang Heriawan, M.Pd













Disusun Oleh :
Hilda Dhaniartika Nurma’ardi
2227132175
IVC PGSD


PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur bagi ALLAH yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan proposal penelitian ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Proposal penelitian ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Strategi Dalam Pengembangan Pembelajaran”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berdasarkan sumber.
Proposal penelitian ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari ALLAH akhirnya proposal penelitian ini dapat terselesaikan.
Proposal penelitian ini memuat tentang “Strategi Dalam Pengembangan Pembelajaran” serta masih banyak lagi yang saya jelaskan. Penyusun juga mengucapakan terimakasih kepada dosen kurikulum dan pembelajaran yang telah membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga Proposal penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun proposal penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

                                                                                    Serang, 14 Juni 2015
                                                                                               

Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………            2
Daftar Isi …………………………………………………………….            3

BAB I Pendahuluan …………………………………………….….            4
A.     Latar Belakang Masalah …………………………..........…            4
B.     Rumusan Masalah………………………..…………………          4
C.     Ruang Lingkup  Masalah Dan Fokus Masalah ……………  5
D.     Tujuan Penelitian ……………………………………….…            6
E.      Manfaat Hasil Penelitian ……………………………….… 6
F.      Sistematika Penulisan ………………………………..……            7

BAB II Landasan Penelitian ……………………………….………           8
A.     Landasan Teologis ..……………………………….………           8
B.     Landasan Filosofis …………..…………………………… 8
C.     Landasan Teori Dan Konsep ……….......…………………            12
BAB III Metode Penelitian ……………………….…………………         54
A.     Pendekatan Dan Metode Penelitian ……………………… 54
B.     Lokasi Dan Subjek Penelitian …………………….……… 55
C.     Teknik Pengumpulan Data ………………………..……… 55
D.     Teknis Analisis Data ……………………………...……… 55
E.      Waktu Dan Tahapan Penelitian ………………...………… 56
BAB IV Penutup …………………………………………….….….            58
A.     Kesimpulan …………………….…………………......…. 58

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………            59
LAMPIRAN……………………………………….……………………     60

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Seorang guru merupakan seorang pendidik yang mempunyai kewajiban paling besar dalam menagangani kelas. Karena pada dasarnya seorang guru merupakan fasilitator yang sangat berperan penting dalam menunjang suatu proses pembelajaran. Suatu keberhasilan, tercapai atau tidaknya tergantung dari bagaimana proses seorang guru dalam membimbing. Pengajaran yang monoton dan itu-itu saja akan membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik dalam proses KBM. Selain itu dapat kita perhatikan bahwa saat ini masih banyak guru yang mendapati kesulit dalam mengkondisikan kelas. Mengatur banyak siswa dengan karakter yang berbeda-beda bukanlah hal yang mudah. Butuh kesabaran yang ekstra dilakukan seorang pengajar dalam menanganinya.
Banyak hal-hal yang dibutuhkan dalam proses KBM. Tidak hanya melulu soal SILABUS, RPP, media saja yang harus disiapkan. Tetapi seorang guru pun perlu memiliki suatu strategi dalam mengkondisikan kelasnya.
Strategi dalam pembelajaran terkadang memang telihat tidaklah begitu penting, karena saat mengajar proses dalam mengajar berlangsung begitu saja bahkan terdapat sesuatu yang tidak terduga, namun memiliki  strategi pembelajaran ternyata sangatlah penting. Dapat dilihat secara garis umum seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa suasana kelas yang terkadang tidaklah kondusif dan sulit dikondisikan mendorong seorang pengajar untuk memiliki strategi dalam pengajaran.
Memilih strategi pembelajaran sangatlah penting. sebab, seorang guru harus dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu dengan menyesuaikan berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Dengan memiliki strategi pembelajaran seorang pengajar dapat mengorganisasian pembelajaran dengan cara meningkatakan daya tarik pembelajaran melalaui bahan ajar yang disajikan, media pengajaran yang digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Agar penerapan strategi dalam pembelajaran dapat sesuai maka pemilihan strategi dalam pembelajaran pun harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat keselarasan antara tujuan dan pelaksanaan. Selain itu situasi kelaspun dapat terkondisikan dan membuat pengajar dapat nyaman menyampaikan pengajarannya dengan baik dan anak didikpun dapat belajar sesuai dengan yang diharapkan.
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
2.         Apa saja klasifikasi strategi pembelajaran?
3.         Apa saja komponen strategi pembelajaran?
4.         Bagaimana penerapan strategi pembelajaran?
5.         Bagaimana mengembangkan strategi pembelajaran?
C.       Ruang lingkup dan fokus masalah
a.         Ruang Lingkup
Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup proposal penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai berikut:
1.      strategi pembelajaran.
2.      klasifikasi strategi pembelajaran.
3.      komponen strategi pembelajaran.
4.      penerapan strategi pembelajaran.
5.      cara mengembangkan strategi pembelajaran.
b.         Fokus Masalah
Adapun fokusan masalah dari penulisan ini ialah:
1.      Strategi pembelajaran.
2.      klasifikasi strategi pembelajaran.
3.      komponen strategi pembelajaran.
4.      penerapan strategi pembelajaran.
5.      cara mengembangkan strategi pembelajaran.
D.       Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu  tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
2.     Untuk mengetahui klasifikasi strategi pembelajaran.
3.     Untuk mengetahui komponen strategi pembelajaran.
4.     Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran.
5.     Untuk mengetahui Cara mengembangkan strategi pembelajaran.
E.        Manfaat hasil penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat secara teoritis dan praktis terhadap pengembangan pembelajaran, yaitu:
1.      Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran, yaitu berupa strategi dalam mengembangkan pembelajaran yang bersifat problem solving. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi pembelajaran siswa walaupun guru melakukan proses pembelajaran.
2.      Manfaat Praktis
         Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat praktis sebagai berikut:
a.       Bagi Guru
1.      Sebagai strategi ajar alternatif dalam mengelola pembelajaran agar guru lebih mudah dalam mengarahkan pembelajaran saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.      Memudahkan guru dalam menangani permasalahah dikelas dengan memilih metode strategi yang cocok dala permasalahan yang dihadapi dikelas.
b.      Bagi Siswa
   Siswa merasa senang dan tidak cepat jenuh karena guru memberikan pengajaran dengan strategi yang sesuai dengan karakteristik siswa dikelas.
c.       Bagi Sekolah
1.      Salah satu inovasi dalam pembelajaran karena menggunakan strategi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
2.      Memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan kondisi pembelajaran.
d.      Bagi Peneliti
   Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, terutama dalam mengembangan pembelajaran dengan menggunakan strategi.
F.        Sistematika penulisan
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam empat bab, masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:
1.     BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, ruang lingkup dan fokusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan.
2.     BAB 2: LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan landasan teologis keagamaan, landasan filosofis, dan landasan teori dan konsep.
3.     BAB 3: METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas aturan-aturan yang berkaitan dengan pendekatan dan metode penelitian , lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan waktu dan tahapan penelitian.
4.     BAB 4: PENUTUP
Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.


BAB II
LANDASAN PENELITIAN
A.       Landasan teologis
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih,  Maha Penyayang
(Q.S Al-‘Fatihah :1)

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Q.S. An-Najm : 39)

Barang siapa yang akan diberikan kebaikan (nikmat) oleh Allah, diberikannya penderitaan (terlebih dahulu) (H.R Bukhari)

Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah
untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat
Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah,
maka ia pasti tidak merasakan penderitaan
Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya,
maka Allah pasti akan memberi pertolongan
(Imam Asy Syafi’i rahimahullah)

B.       Landasan filosofis
a.         Filsafat menurut bahasa
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “philos” dan “sophia”. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dari arti harfiah ini, Filsafat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
b.         Filsafat menurut para ahli :
1.      Plato. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2.      Driyakarya. Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan
3.      Al Farabi. Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Filsafat adalah pandangan hidup yang sebelumnya telah direnungkan dan difikirkan baik berdasarkan pengalaman, tragedy alam ataupun pemahan setip individu yang diyakini kebenarannya.
c.         Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah anda pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Melalui studi pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
d.         Peranan Landasan Filosofis Pendidikan
Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan
e.         Fungsi Landasan Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktek pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan pembangunan.
Landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.
f.           Filosofis sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan & pengembangan kurikulum. Sama halnya dalam Filsafat Pendidikan, dikenal ada beberapa aliran filsafat, diantaranya perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
1.         Perenialisme
Perenial berarti “abadi” , aliran ini beranggapan bahwa beberapa gagasan telah bertahan selama berabad – abad dan masih relevan saat ini seperti pada saat gagasan tersebut baru ditemukan. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.         Essensialisme
Aliran filsafat essensialisme adalah suatu paham yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan yang lama , merujuk kepada pendidikan bersifat “tradisional” atau “back to basics” aliran ini dinamakan demikian karena filsafat ini berupaya menanamkan pada anak didik hal – hal “essensial” dari pengetahuan akademik dan perkembangan karakterEssensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3.         Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas/kreatif , seseorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran itu bersifat relative, dan karenanya itu masing – masing individu bebas menetukan mana yang benar atau salah . Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4.         Progresivisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.         Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Dalam konteks ini filosofi berperan sebagai sudut pandang pemikiran-pemikiran yang diterapkan pada proses dan pelaksanaan pemecahan masalah pendidikan, serta dijadikan salah satu dasar penentuan rencana dan konsep kurikulum agar tercapai segala cita-cita dan tujuan sebagai kontent dari kurikulum yang dibuat
Di Indonesia sendiri acuan filosofis mengacu pada pancasila sebagai landasan dominan dari segala perncanaan kurikulum
Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Landasan filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika, epistomologi, logika da aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, peranan pendidikan dan peserta didik.
C.       Landasan teori dan konsep
a.       Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1.        tujuan,
2.        bahan,
3.        strategi, dan
4.        evaluasi.
Tiap komponen saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi tujuan bertalian erat dengan bahan, strategi dan evaluasi.Artinya, tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai bahan yang berlainan, strategi yang berlainan, dan dengan evaluasi yang berlainan pula.
Kesalingterkaitan komponen-komponen itu dapat di gambarkan dalam bagan sebagai berikut:
  Tujuan


Evaluasi                                                                                    Bahan

                                               
                                                           
   Strategi
Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antara koponen-komponen kurikulum. Kita melihat tiap komponen manapun ada hubungannya dengan semua komponen lainnya. Ada yang tampak mudah pada bagan, sebenarnya tidak mudah dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum, apalagi dalam pencapaian tujuan-tujuan yang bersifat umum, terutama dalam bidang afektif.
1.         Tujuan
Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Namun demikian, banyak individu/organisasi yang salah kaprah dalam menentukan tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa dicapai.
Tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang dimana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya.
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada 4 tujuan utama yang secara hirarki sebagai berikut:
1.      Tujuan Nasional Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari tujuan nasional kemudian dijabarkan ke dalam tujuan insitusional/lembaga, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan institusional.
2.      Tujuan Intitusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI, MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya.
Artinya apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang diharapkan dimiliki oleh anak yang tamat MI, MTs, atau MA. Rumusan tujuan institusional harus merupakan penjabaran dan tujuan umum (rasional), harus memiliki kesinambungan antara satu jenjang pendidikan tinggi dengan jenjang lainnya (MI, MTs, dan MA sampai ke IAIN/perguruan tinggi). Tujuan institusional juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari lembaga pendidikannya, seperti lembaga pendidikan umum, pendidikan guru dan sebagainya.
3.      Tujuan Kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusional).
Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara operasional, rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tersebut
4.      Tujuan Instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler.
Tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab harus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan proses belajarmengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
2.         Bahan
Bahan ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi (berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip), norma(berkaitan dengan aturan), nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.           Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.
2.           Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi.
Bahan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait adalah sebagai berikut:
a.       Peran bahan pembelajaran bagi guru
1)      Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensi.
2)      Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
3)      Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas.
4)      Mempermudah guru dalam penentuan metode pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa.
5)      Merupakan media pembelajaran.
6)      Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.
b.      Peran bahan pembelajaran bagi siswa
1)      Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2)      Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
3)      Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
4)      Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
5)      Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.
c.       Peran pembelajaran bagi pihak terkait
1)      Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan bahan pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
2)      Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap lingkungannya.
3)      Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media serta alat pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan pembelajaran oleh siswa.
4)      Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap guru yang secara kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.
Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai berikut:
a.       Secara substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibangun diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.
2.      Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.
3.      Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebut disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).
4.      Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa.
Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.
b.      Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1.      Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2.      Penyajian format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dan sebagainya. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.
3.         Strategi
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.Strategi Pembelajaran adalah pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tertentu.
Strategi pembelajaran adalah strategi yang terfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar (Zamroni, 2000).Strategi ini harus menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara lain metode pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif. Pembelajaran model hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki kemampuan lebih sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan  untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode eksperimen, dan metode demonstrasi.
Model pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model tradisional yang berpusat pada guru dan model konstruktivis yang berpusat pada peserta didik (Arends, 2001). Model pembelajaran tradisonal terdiri atas ceramah atau presentasi, instruksi langsung, dan pengajaran konsep. Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau konstruktivis terdiri atas belajar kooperatif, instruksi berbasis masalah, dan diskusi kelas.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu :
(1) pembelajaran, dan
(2) evaluasi.
Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Maksudnya Pembelajaran yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian dari setiap metode, dan beberapa metode digabung menjadi strategi, yang merupakan kombinasi kemampuan dan keterampilan guru untuk menerapkan metode dan strategi pembelajaran. Teknik yang banyak digunakan antara lain:
(1) menyampaikan informasi,
(2) memotivasi,
(3) memberi penguatan,
(4) mendengarkan,
(5) memberi dan menjawab pertanyaan, dan
(6) pengelolaan
Pendekatan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Secara umum terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
1.      Pembelajaran Langsung;
2.      Pembelajaran Kontekstual;
3.      Pembelajaran Berbasis Masalah;
4.      Pembelajaran Kooperatif.
5.      Pembelajaran Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:
1.      Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
2.      Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan;
3.      Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
4.      Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
5.      Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
6.      Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
1.      Kegiatan memfasilitasi;
2.      Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry);
3.      Kegiatan merangsang bertanya;
4.      Kegiatan membentuk komunitas belajar (learning community);
5.      Kegiatan pemodelan;
6.      Kegiatan mendorong refleksi;
7.      Kegiatan penilaian otentik.
8.      Pembelajaran Berbasis Masalah
4.         Evaluasi
Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
Tujuan evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.           Untuk perbaikan program
        Dalam konteks tujuan ini, peranan evaluasi lebih bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
2.           Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, perlu adanya semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan. Dalam mempertanggungjawabkan hasil yang telah dicapainya, pihak pengembang kurikulum perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang sedang dikembangkan serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan, jika ada yang masih terdapat. Untuk menghasilkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan tersebut diatas itulah diperlukan kegiatan evaluasi.
3.           Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana kurikulum tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan, diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.
Prosedur dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Kajian terhadap evaluan
Langkah pertama yang harus dilakukan evaluator terhadap kurikulum atau bentuk kurikulum yang menjadi evaluannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman terhadap karakterisitk kurikulum. 
Evaluator harus mempelajari secara mendalam latar belakang kelahiran suatu kurikulum, landasan filosofi dan teoritis kurikulum tersebut, ide kurikulum, model kurikulum yang digunakan untuk dokumen kurikulum, proses pengembangan dokumen kurikulum, proses impelementasi kurikulum, dan evaluasi hasil belajar.
2.      Pengembangan proposal
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada langkah pertama, maka evaluator kemudian mengembangkan proposalnya. Untuk itu, evaluator memutuskan pendekatan dan jenis evaluasi yang akan dilakukan. Evaluator dapat menentukan apakah yang akan digunakannya adalah evaluasi kuantitatif ataukah evaluasi kualitatif. Tentu saja berbagai faktor pribadinya seperti pendidikan dan pandangan keilmuannya akan sangat menentukan pendekatan metodologi yang akan digunakan.
3.      Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi
Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi merupakan langkah penting dan menentukan. Hasil diskusi dengan pengguna jasa evaluasi akan menentukan apakah proposal yang diajukan akan dapat ditindak lanjuti atau tidak. Jika evaluator berhasil meyakinkan calon pengguna jasa evaluasi maka proposal yang diajukan mungkin akan disetujui dan pekerjaan evaluasi akan dapat dilaksanakan. Artinya, tidak ada pekerjaan evaluasi yang dilakukan berdasarkan proposal tersebut.
4.      Revisi Proposal
Revisi proposal adalah tindak lanjut dari hasil pertemuan antara pengguna jasa evaluasi dengan evaluator. Apabila dalam pertemuan dan pembicaraan tersebut berbagai kompenen harus direvisi, maka evaluator wajib untuk melakukan revisi tersebut. Hasil revisi harus diperlihatkan kembali kepada pengguna jasa evaluasi dan disetujui.Jika dari hasil diskusi pada pertemuan itu tidak ada hal yang perlu direvisi, maka langkah revisi ini tidak diperlukan.
5.      Rekruitmen personalia
Rekruitmen personalia untuk pekerjaan evaluasi mungkin saja dilakukan ketika proposal disusun. Jika prosedur itu yang ditempuh, maka rekruitmen dianggap sudah terjadi. Dalam hal demikian maka pada proposal jumlah orang, nama serta kualifikasi harus dicantumkan. Pencantuman itu akan memberikan nilai lebih pada proposal.
6.      Pengurusan persyaratan administrasi
Setiap kegiatan yang berkenaan dengan evaluasi kurikulum memerlukan berbagai formalitas administrasi. Evaluator harus mendapatkan persetujuan dari pengguna kurikulum, pimpinan sekolah atau atasannya, dan mungkin juga dari pejabat yang terkait dengan masalah keamanan sosial politik. Untuk itu diperlukan berbagai surat seperti surat izin melakukan evaluasi, surat permohonan kesediaan menjadi responden, surat identitas anggota, dan sebagainya. Keberadaan surat ini sangat penting dan sangat mutlak diperlukan.
7.      Pengorganisasian pelaksanaan
Pengorganisasian pelaksanaan adalah suatu kegiatan manajemen yang tingkat kerumitannya ditentuakan oleh ruang lingkup pekerjaan evaluasi dan jumlah evaluator yang terlibat. Semakin luas wilayah yang harus dievaluasi dan semakin banyak evaluator yang harus dilibatkan maka semakin rumit pula pekerjaan managemen yang harus dilakukan. Jika evaluasi itu hanya dilakukan oleh seseorang, managemen tidak akan serumit jika evaluator terdiri dari sebuah tim.
8.      Analisis data
Analisis data tentu saja merupakan tindak lanjut setelah proses pengumpulan data evaluasi berhasil dilakukan. Ketika model yang digunakan adalah model kuantitatif dan dengan demikian data utama evaluasi adalah data kuantitatif. Proses dan teknik pengolahan data yang diakui dalam model kuatitatif harus dilaksanakan.
9.      Penulisan laporan
Sebagaimana halnya dengan analisis data, penulisan laporan harus dilakukan oleh evaluator dan tim evaluator. Format laporan harus disesuaikan dengan kesepakatan yang dilakukan pada waktu awal.
10.  Pembahasan laporan dengan pengguna jasa evaluasi
Pembahasan ini diperlukan untuk melihat kelengkapan laporan.Dalam pembahasan ini, jika pengguna jasa evaluasi memerlukan tambahan informasi yang memang tercantum dalam kontrak maka evaluator wajib untuk melengkapi laporan tersebut.
11.  Penulisan laporan akhir
Penulisan laporan akhir adalah sebagai hasil dari revisi yang harus dilakukan evaluator ketika terjadi pembahasan laporan dengan pengguna jasa evaluasi.
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
2.      Bersifat objektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang di peroleh melalui instrumen yang andal.
3.      Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
4.      Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibatdalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, disamping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan.
5.      Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materil yang digunakan.
6.      Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan dan keberhasilan kurikulum.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Persiapan
     Tahap persiapan pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang diperlukan. Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam tahap persiapan, yakni:
a.       Menyusun term of reference (TOR) penilaian, sebagai rujukan pelaksanaan penilaian. Dalam TOR ini dijelaskan target dan sarana penilaian, lingkup atau objek yang dinilai, alat dan instrumen yang digunakan, prosedur dan cara penilaian, organisasi yang menangani penilaian serta biaya pelaksanaan penilaian.
b.      Klarifikasi, artinya mengadakan penelaahan perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan, sumber data, instrumen dan jadwal penilaian.
c.       Uji coba penilaian (try-out), yakni melaksanakan teknik dan prosedur penilaian diluar sampel penilaian. Tinjuan utama adalah untuk melihat keterandalan alat-alat penilaian dan melatih tenaga penilai termasuk logistiknya, agar kualiatas data yang kelak akan diperoleh lebih meyakinkan.
2.      Tahap Pelaksanaan
     Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan atau penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penilaian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain:
a.       Pengumpulan data di lapangan, artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah direncanakan.
b.      Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum (siswa) maupun data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilaian.
c.       Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil penilaian. Deskripsi tersebut pada hakikatnya adalah melukiskan kurikulum yang seharusnya dilaksanakan serta membandingkannya dengan hasil-hasil penilaian sehingga dapat diketahui kesenjangannya.
d.      Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan. Judgment dapat menggunakan dua macam logika, yakni logika vertikal dan horizontal.
e.       Menyusun laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi-rekomendasinya, implikasi pemecahan masalah dan tindakan korektif bagi para pengambil keputusan perbaikan/penyempurnaan kurikulum.
     Aspek-aspek dalam mengevaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Penentuan tujuan umum
          Tujuan kurikulum bertalian erat dengan nilai-nilai, aliran-aliran dan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.Sering tujuan umum ditentukan oleh pemerintah. Jadi yang perlu dinilai apakah tujuan kurikulum telah sesuai dengan nilai-nilai bangsa, politik pemerintah dalam pembangunan negara, perkembangan zaman, aspirasi masyarakat akan tetapi juga kebutuhan anak dalam menghadapi hidupnya di masa mendatang.
2.      Perencanaan
          Tujuan pendidikan yang telah dirumuskan harus diterjemahkan ke dalam kegiatan-kegiatan kurikuler yang lebih rinci, dalam bentuk mata pelajaran, bahan tertentu, proses belajar mengajar, juga bagaimana cara menyampaikan kepada para pengajar agar mereka bersedia untuk menggunakannya. Harus diperhatikan agar bahan pelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu pula dipertimbangkan soal biaya pelaksanaan kurikulum itu secara nasional. Perencanaan yang baik akan dapat menghemat biaya uji coba selanjutnya.
3.      Uji coba dan revisi
          Tiap pembaharuan kurikulum hendaknya melalui tahap uji coba dengan sampel terbatas untuk melihat kelemahan-kelemahan yang perlu di revisi, dapat juga di minta pendapat dan penilaian para siswa sendiri tentang pengalaman belajar mereka dengan kurikulum itu, demikian pula pendapat guru, ahli bidang disiplin ilmu, ahli psikologi dan para pendidik. Berdasarkan uji coba itu diadakan revisi dan perubahan program pelajaran yang masih dapat lagi diuji cobakan.
4.      Uji lapangan
          Setelah diperoleh program yang di anggap cukup mantap berdasarkan uji coba, maka tiba waktunya untuk melaksanakannya dengan sampel yang lebih luas sehingga diperoleh situasi yang menyerupai situasi lapangan yang sebenarnya.Bila uji coba dilakukan untuk menemukan kelemahan-kelemahan program, maka pada uji lapangan dipelajari kondisi-kondisi di mana kurikulum itu dapat di jalankan agar berhasil baik. Diperhatikan misalnya kesiapan tenaga pengajar, administrasi, siswa dan keadaan, lokasi sekolah di kota atau pedesaan, besar sekolah, fasilitas, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
5.      Pelaksanaan kurikulum
          Dalam pelaksanaan kurikulum perlu diusahakan kerjasama dan bantuan dari kepala sekolah, guru bahkan juga dari pihak orang tua dan masyarakat umumnya. Salah satu aspek yang sangat penting namun kurang diperhatikan ialah sistem ujian lokal maupun nasional.Sistem ujian harus disesuaikan dengan kurikulumnya. Taraf implementasi perlu dievaluasi oleh para ahli agar dapat diadakan perubahan dan penyesuaian seperlunya menurut keadaan setempat.
6.      Pengawasan mutu
          Suatu program yang baik dapat mengalami kemerosotan sebagian atau secara keseluruhan, setelah dipakai selama beberapa tahun. Ada kemungkinan bahannya telah ketinggalan zaman dan perlu diperbaharui. Bagian-bagian yang ternyata tidak lagi sesuai perlu diganti dengan yang baru. Kurikulum harus turut berubah mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, perbaikan dan pengembangan kurikulum merupakan proses yang kontinyu. Penilaian yang terus menerus merupakan syarat mutlak untuk mengetahui dimana perbaikan, perubahan atau pembaharuan harus diadakan.Bila kurikulum itu banyak kelemahannya dan tidak lagi memenuhi tuntutan zaman, maka perlu diadakan pembaharuan kurikulum. Yang jelas ialah bahwa pelaksanaan tiap kurikulum senantiasa memerlukan follow up untuk memonitor dan menilai pelaksanan dan perkembangannya. Kalaupun suatu kurikulum perlu diperbaiki atau diperbaharui, maka keputusan itu seharusnya didasarkan atas penilaian yang cermat dan kontinyu.
b.      Strategi Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kual­itasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran.
Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempunyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu cara penetapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Setelah mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji pula tentang istilah lain yang erat kaitannya dengan strategi pembelajaran dan memiliki keterkaitan makna yaitu pendekatan, metoda, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach) dan pendekatan yang berpusat pada  siswa (student centred approach).
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan agar tujuan atau kompetensi dasar tercapai.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
Jadi dapat disimpulkan strategi pembelajaran merupakaan strategi pengorganisasian pembelajaran dengan cara meningkatakan daya tarik pembelajaran melalaui bahan ajar yang disajikan, media pengajaran yang digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan. Strategi itu dapat diciptakan melalui :
Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mempengaruhi kemampuan  siswa untuk berfokus dan menyerap informasi.
Meningkatkan pemahamaan melalui gamabar poster ikon yang dapat menampilkan isi pelajaran secara visual.
Menggunakan poster afirmasi lucu dan mengandung humor yang dapat menguatkan dialog internal siswa.
Menggunakan alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti  kartun dan karikatur yang dapat menghidupakan gagasan abstarak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik.
Merancang waktu jeda strategis dan mengisinya dengan kegiatan yang menyenagkan seperti membuat kuis,pertanyaan lucu,humor,penejelasan tentang transisi menggunakan berbagai sumber yang dapat mendorong siswa menjadi tertarik dan berminaat pada setiap pelajaran.
c.       Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
1.        Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
2.         Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
3.        Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama :
1.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
strategi pembelajaran berbasis masalahmerupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.      Aktivitas Pembelajaran Diarahkan Untuk Menyelesaikan Masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Pemecahan Masalah Dilakukan dengan Menggunakan Pendekatan Berpikir Secara Ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
4.        Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
5.        Strategi Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarandengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
6.        Strategi Pembelajaran Kontekstual /Contextual Teaching Learning
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
d.      Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain guru, peserta didik, bahan pelajaran, tujuan, kegiatan pembelajaran, metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi dan lingkungan atau situasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
1.          Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa  komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.          Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.          Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan  landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4.          Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5.          Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.          Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7.          Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulisslide dan lain-lain.
8.          Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
9.          Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
10.      Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: peserta didik sebagai raw inputentering behavior peserta didik, dan instrumental input atau sasaran.
a.       Peserta Didik Sebagai Raw Input
Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan peserta didik. Untuk itu dalam pembelajaran seorang guru harus memperhatikan siapa yang dihadapi. Peserta didik pada tingkat sekolah yang sama cenderung memiliki umur yang sama, sehingga perkembangan intelektual pada umumnya adalah sama. Dipandang dari kesamaan ini, maka seorang guru dapat menggunakan metode atau teknik yang sama dalam membelajarkan peserta didik. Namun demikian di samping persamaan tersebut, peserta masih mempunyai perbedaan-perbedaan walaupun pada umur yang relatif sama.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi heterogenitas peserta dalam kelas yang sama adalah seorang guru disarankan untuk menggunakan multimetode dan multimedia. Hal ini disebabkan masing-masing metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan dimungkinkan masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode dan media tertentu.
b.      Entering Behavior Peserta Didik
Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai  terlebih dahulu harus mengetahui  perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior peserta didik. Misalnya, apakah tingkat prestasi yang dicapai peserta didik itu merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan?. Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku peserta didik yang dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang dimaksudkan dengan entering behavior peserta didikEntering bahavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
1.             Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2.             Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pretessebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.
c.       Instrumental Input atau Sasaran
Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Yang termasuk dalam instrumental input antara lain guru, kurikulum, bahan/sumber, metode, dan media. Keberadaan instrumental input ini sangat mempengaruhi dalam menentukan strategi pembelajaran. Misalnya secara teoritis, dipandang dari tujuannya maka suatu materi harus disajikan dengan menggunakan metode laboratorium, namun karena tidak adanya media di sekolah tersebut, maka diganti dengan metode demonstrasi atau yang lainnya. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan pelajaran  akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan.Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan tersebut harus memiliki kualifikasi :
1.         pengembangan bakat secara optimal
2.         hubungan antarmanusia
3.          efisiensi ekonomi dan
4.          tanggung jawab warga selaku warga negara.
e.       Penerapan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen penerapan strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
1.   Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.   Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
 Macam-macam metode pembelajaran adalah
a.       Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode tradisional, karena sejak lama metode ini digunakan oleh para pngajar. Walaupun memiliki banyak kekurangan metode ini masih tetap digunakan sampai sekarang untuk membangun      komunikasi antara pengajar dan pebelajar.              
b.      Metode pembelajaran terprogram
Metode pembelajaran terprogram merupakan metode konvensional yang kini sering digunakan. Metode ini disusun sesuai dengan kepentingan pembelajaran yang diinginkan, dan dijalankan sesuai dengan program belajar yang telah dirancang.
c.       Metode demonstrasi      
Metode demontrasi mengedepankan peragaan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.     
d.      Metode discovery
Metode discovery merupakan metode yang bertolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komprehensif dan bermakna.
e.       Metode simulasi
Metode simulasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.         
f.        Metode do-look-learn/ karya wisata
Metode ini mengajak siswa ke luar kelas dan meninjau atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran.
g.       Metode diskusi      
Metode diskusi yaitu siswa dihadapkan pada suatu masalah berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.                         
h.       Metode praktikum
Metode praktikum mengedepankan aktivitas percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
i.         Metode studi mandiri
Metode ini sering disebut dengan metode tugas, jadi guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.            
j.        Metode bermain peran
Metode ini mengajarrkan siswa untuk melakukan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.
k.      Metode studi kasus
Metode ini mengedepankan metode berpikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data-data yang ditemukan.
3.   Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a.       Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b.      Dukungan terhadap isi pelajaran
c.       Kemudahan memperoleh media
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.       Ketersediaan waktu menggunakannya
f.        Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
4.   Komponen keempat adalah waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.   Komponen kelima adalah pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
f.        Cara Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Menurut Bafadhal ada tiga indikator pembelajaran unggulan. Pertama, pembelajaran unggulan apabila dapat melayani semua siswa (bukan hanya pada sebagian siswa). Kedua, dalam pembelajaran unggulan semua anak mendapatkankan pengalaman belajar semaksimal mungkin. Ketiga, walaupun semua siswa mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya sangat bervariasi bergantung pada tingkat kemampuan anak yang bersangkutan. Dengan demikian, pembelajaran yang unggul berpusat pada siswa (student center).
Untuk menciptakan proses belajar yang unggul/ berkualitas dalam pembelajaran fullday, maka perlu dikembangkan strategi khusus yang membuat siswa termotivasi untuk belajar dan selalu merasakan kesenangan dalam belajarnya. Dalam mengembangkan strategi belajar yang demikian, siswa menjadi pusat perhatian utama.
Dewasa ini, pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) lebih dikenal dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasidan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan pesereta didik untuk menanyakan kesimpulan sendiri sehingga dapat menjadikan nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran aktif guru dapat memposisikan dirinya sebagai fasilisator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan, bimbingan, serta mengatur sirkulasi proses pembelajaran.
b.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode atau strategi yang bervariasi misalnya kerja kelompok, bermain peran dan memecahkan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan dalam berefikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dengan berfikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berfikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa dalam mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan menurut Campbell, kreatif mengandung arti inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Selain itu kreatif adalah berguna, memiliki lebih baik, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik, dapat dimengerti.
c.       Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran, peserta didik harus melibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, memelukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.
Pembelajaran yang efektif harus ditunjang dengan lingkungan memadai, dari situ guru harus mampu mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi atau materi pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar seperti modul dan diktat.
d.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joy instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya hubungan yang baik antara peserta didik dan pendidik dalam posisi pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh informasi lebih cepat dari pada gurunya. Sehingga dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan tidak ada beban baik bagi guru maupun bagi peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.
1.      Langkah pengembangan strategi pembelajaran.
a.       Langkah pertama
mengembangkan strategi pembelajaran adalah mengidentifikasi urutan pengajaran dan mengelola kelompok konten/materi dengan menggunakan analisis pembelajaran, mulai dari kemampuan tingkat rendah dan berlanjut secara hirarkhis. Urutan pembelajaran untuk mencapai tujuan harus tersusun logis dari kiri atau poin awal, dan proses disebelah kanan. Tujuan mengindikasikan setiap langkah yang harus dibentuk, dan setiap kemampuan (subordinat) menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan, sedangkan  prioritas belajar cenderung dikombinasikan dari bawah keatas dan dari kiri ke kanan.
Karena analisis tujuan mengindikasikan setiap langkah harus ditunjukkan, dan analisis kemampuan subordinat mengindikasikan kemampuan yang harus dimiliki dalam belajar, urutan pembelajaran cenderung merupakan kombinasi antara bagian bawah ke atas atau kekiri ke kanan. Jadi ketrampilan langkah pertama harus diajarkan terlebih dahulu kemudian baru ketrampilan kedua dan seterusnya.
Ada tiga pengecualian dalam pendekatan urutan. Pertama, terjadi ketika dua atau lebih langkah dalam tujuan pembelajaran sama atau memiliki kesamaan ketrampilan. Pada situasi ini tidak perlu mengajarkan ulang, tetapi cukup menginformasikan bahwa ketrampilan yang telah dipelajari akan digunakan kembali dalam prosedur tersebut.
b.      Kedua
ketika pembelajaran meliputi penggunaan beberapa  peralatan atau peralatan tunggal.
Analisis pembelajaran mungkin mengindikasikan bahwa pembelajar akan memerlukan misalnya, mengidentifikasi dan menunjukkan berbagai macam peralatan pada beragam poin pembelajaran.
c.       Ketiga
ketika kebosanan menjadi hasil akhir dari perkiraan, kelelahan, langkah demi langkah urutan. Jika ini terjadi, lebih baik mengorbankan beberapa kecakapan dari urutan ideal dan menghentikannya kemudian menggantikannya dengan minat dan motivasi.
d.      Keempat
Pembelajaran berkelompok langkah ini berhubungan dengan ukuran pengelompokan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran.  Anda dapat memutuskan apakah akan menyajikan informasi  setiap tujuan satu persatu dengan diselingi aktivitas, atau akan menyajikan beberapa tujuan sebelumnya pada berbagai aktivitas. Anda harus mempertimbangkan lima faktor berikut ketika menetapkan jumlah informasi yang akan disajikan:
1.      Tingkat usia para pembelajar
2.      Kompleksitas materi pembelajaran
3.      Tipe belajar yang akan diadakan
4.      Aktivitas belajar yang dapat memfokuskan pada penugasan
e.       Kelima
Besarnya waktu yang dibutuhkan Desainer sering mengarahkan pengelompokan belajar pada dua atau tiga hari kerja atau dalam semester. Bagaimana dengan separuh hari atau sehari? sistem penyampaian alami akan membuat perbedaan. Dengan format pembelajaran mandiri, seperti belajar berbasis komputer atau e-learning, desainer tidak perlu khawatir terhadap batasan waktu. Sistem penyampaian alami menerima beragam pembelajar, apakah di bawah bimbingan  instruktur, kelompok proses, televisi atau pendekatan webcast, memerlukan perkiraan waktu dan tidak ada formula ajaib untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan.
2.      Komponen Belajar
Gagne  percaya instruksi yang "sengaja diatur mengatur peristiwa   eksternal yang dirancang untuk mendukungproses pembelajaran internal". Oleh karena itu, untuk mengikat teori instruksi bersama-sama, ia merumuskan sembilan peristiwa instruksi yang dibutuhkan untuk semua proses belajar dan hasil belajar. Berikut daftar sembilan peristiwa instruksi yang dibutuhkan untuk semua proses belajar dan hasil belajar:
a.       Mendapatkan Perhatian
Banyak teknik dikerjakan untuk mendapatkan perhatian pembelajar. Namun, cara terbaik untuk mendapatkan perhatian adalah untuk menarik minat pelajar. Guru mengetahui dengan baik kesulitan yang terlibat dalam memotivasi siswa untuk tertarik pada instruksi mereka. John Keller telah mencoba untuk menangani hal ini dengan mengembangkan Model ARCS motivasi. ARCS adalah singkatan dari Attention = Perhatian, Relevantion = Relevansi, Confident = Keyakinan, Satisfaction = Kepuasan. Model ARCS adalah metode untuk meningkatkan daya tarik motivasional bahan instruksional. Model ini didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang menunjukkan bahwa orang termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan jika hal itu dirasakan dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan pribadi, dan jika ada harapan positif untuk sukses.
Menurut Keller (1988), keempat kondisi yang harus dipenuhi agar orang tetap termotivasi:
Perhatian, Memiliki perhatian siswa merupakan prasyarat untuk belajar. Mendapatkan perhatian biasanya cukup mudah, namun menjaganya bisa sulit.
Relevansi, instruksi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik sekarang dan masa depan.
Keyakinan, Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan seorang siswa  dan prestasi. Orang tidak percaya diri memiliki ketakutan besar kegagalan.
Kepuasan, membuat orang merasa baik tentang prestasi mereka. Orang akan merasa lebih percaya diri jika mereka dibuat sadar akan tugas dan hadiah untuk sukses. 
b.      Menginformasikan Tujuan Pembelajaran
Harus diberitahu tentang jenis kinerja yang akan digunakan untuk menentukan apakah mereka telah belajar apa yang seharusnya mereka belajar.
c.       Merangsang Recall Pembelajaran Prasyarat
Menurut teori pemrosesan informasi kognitif, pembelajaran yang paling baru tergantung pada koneksi dibuat untuk pembelajaran sebelumnya. Ketika pembelajaran baru akan segera terjadi, informasi sebelumnya yang relevan harus dilakukan secara internal dapat diakses sehingga dapat dijadikan bagian dari acara belajar.
d.      Menyajikan Bahan Stimulus
Presentasi stimulus sering menekankan fitur yang mendorong peserta didik untuk memilih apa yang diinginkan.Dapat dilakukan dengan menggunakan huruf miring, cetak tebal, garis bawah, atau gambar dengan panah atau lingkaran atau penyorotan. Stimulus presentasi untuk pembelajaran konsep dan aturan memerlukan penggunaan berbagai contoh. Misalnya, jika Anda mengajar tentang kotak Anda harus menyajikan kotak  besar, kotak kecil, bujur sangkar warna yang berbeda, bujur sangkar terbuat dari bahan yang berbeda, dan alun-alun dalam keseharian
e.       Memberikan Bimbingan Belajar
 Bimbingan belajar biasanya mengambil bentuk komunikasi antara guru dan siswa yang membantu membimbing pelajar untuk pencapaian tujuan. Tujuannya  adalah untuk membantu dalam proses belajar, dan untuk memindahkan siswa dari satu keadaan pikiran yang lain. Ini tidak melibatkan mengatakan pelajar jawabannya, melainkan melibatkan menunjukkan garis pemikiran yang mungkin akan mengarah pada hasil yang diinginkan.
f.        Eliciting Kinerja (Praktek)
Memungkinkan pelajar untuk berkomunikasi dengan instruktur apakah mereka dapat melakukan keterampilan mereka mencoba untuk belajar. Hal ini dilakukan dengan menyediakan pelajar dengan latihan praktek. Biasanya, praktek awal dilakukan dengan menggunakan contoh yang sama dengan peserta didik yang ditunjukkan keterampilan.
g.       Memberikan Saran atau Masukan
Tidak hanya harus pembelajar diberi latihan praktek, mereka harus diberi umpan balik tentang kinerja mereka. Umpan balik dapat berbentuk lisan, tertulis, komputerisasi, atau diberikan dalam bentuk lain. Terlepas dari bentuk yang Anda pilih, umpan balik harus memberitahukan peserta didik tentang tingkat kebenaran dalam kinerja mereka sehingga mereka dapat memperbaiki upaya selanjutnya
h.       Menilai Kinerja
Mendapatkan penampilan dari peserta didik untuk menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai untuk menentukan apakah instruksi telah memenuhi tujuan desain, dan juga untuk belajar apakah setiap siswa telah mencapai tujuan yang diinginkan. Perlu diingat bahwa penilaian  harus sesuai dengan tujuan yang dinyatakan untuk memberikan penilaian yang akurat.
i.         Meningkatkan Retensi dan Transfer
Ketika tes atau kursus selesai sebagai langkah terakhir adalah mencari cara untuk meningkatkan kemungkinan bahwa keterampilan yang di ajarkan akan digunakan dengan benar oleh peserta didik ketika mereka menggunakannya di luar konteks belajar. Peserta didik mungkin dapat mengingat pengetahuan baru dan keterampilan di dalam kelas.



BAB II
METODE PENELITIAN
A.       Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1.      Menyesuaikan metode kualitatif  lebih mudah apa bila berhadapan dengan kenyataan ganda
2.      Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden
3.      Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
B.       Lokasi Dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 04 Pandeglang. Jalan Graha Pancasila no. 7, Pandeglang, Banten.
C.       Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data, ialah sebagai berikut:
1.      Observasi Langsung
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang sistematika pengajaran di SD, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2.      Wawancara
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret jalannya proses pembelajaran dan strategi pengajaran di SD Negeri 04 Pandeglang. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan guru atau pengajar kelas V di SD SD Negeri 04 Pandeglang.
3.      Dokumentasi
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang proses pembelajaran dan strategi pengajaran di SD Negeri 04 Pandeglang.
D.       Teknik Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.
Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
E.        Waktu dan Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
1.        Tahap sebelum kelapangan.
Tahapan ini dilakukan untuk menyiapakan diri dan segala yang diperlukan agar ketika sudah berada dilapangan penulis sudah memiliki gambara-gambaran beserta izin untuk melakukan observasi kesekolah yang dituju.
Tahapan ini meliputi:
1.      Menyiapkan data
2.      Membuat surat izin observasi
3.      Dll.
2.        Tahap pekerjaan lapangan.
Tahapan ini dilakukan setelah penulis mendapatkan persetujuan untuk melakukan observasi di SD Negeri 04 Pandeglang. Tahapan ini meliputi:
1.      Menemui kepala sekola
2.      Mewawancarai guru yang bersangkutan
3.      Pengumpulan data
1.      Mencatat hal-hal penting
2.      Mendokumentasikan dalam bentuk gambar
3.      RPP dan Silabus
3.        Tahap analisis data.
Tahap ini meliputi analisis data, baik yang diperolah melalui observasi, dokumen maupun wawancara. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
4.        Tahap penulisan laporan.
 meliputi : kegiatan penyusunan hasil observasi dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Sehingga tersusunlah proposal penelitian sebagaimana yang diharapkan




BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1.      tujuan,
2.      bahan,
3.      strategi, dan
4.      evaluasi.
Tiap komponen saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi tujuan bertalian erat dengan bahan, strategi dan evaluasi. Artinya, tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai bahan yang berlainan, strategi yang berlainan, dan dengan evaluasi yang berlainan pula.
Strategi pembelajaran adalah strategi yang terfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar (Zamroni, 2000).Strategi ini harus menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara lain metode pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif. Pembelajaran model hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki kemampuan lebih sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah














LAMPIRAN
Laporan Hasil Observasi
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
          Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik. Dalam hal ini saya selaku mahasiswa PGSD melakukan observasi di Sekolah SD NEGERI 04 Pandeglang untuk memenuhi tugas dalam bentuk laporan observasi pembelajaran di kelas. Laporan hasil observasi ini disusun guna mememenuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum SD. Dengan adanya observasi ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran. Kemudian kita sebagai sorang calon guru tentunya dapat memilih mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada murid kita ketika sudah mengajar kelak.
B. Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses kegiatan pembelajaran dikelas.
2.      Strategi apa yang digunakan dalam pembelejaran.
C.Tujuan Penyusunan Laporan
          Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
2. Mengetahui Strategi apakah yang digunakan dalam pembelejaran.
D.Manfaat observasi
          Setelah melakukan observasi di Sekolah Dasar diharapkan kita dapat memahami bagaimana cara mengajar yang benar dan mengaplikasikannya ketika kita menjadi guru dimasa yang akan datang.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi ini adalah
·        Observasi
·        Wawancara.
BAB II
ISI
A.  Profil Sekolah
Identitas Sekolah
Nama SD                     : SD Negeri Pandeglang 04
Alamat                          : Jl. Graha Pancasila No.7
Letak                            : Sangat Strategis, Terletak di Pusat Kota dan
Pemerintahan Kabupaten Pandeglang
Di Belakang Gedung Graha Pancasila
Luas Lahan                   : 2.907 M2
Status Lahan                 : Milik Pemerintah
Status Bangunan           : Milik Sendiri
NPSN                          : 20500144
Status Akreditasi           : “A” Berlaku Sejak Tanggal 09-09-2011
  Sampai Dengan 09-09-2016
Nomor Telepon Sekolah : (0253)202523
Jumlah Siswa                : 4812 Siswa
Ruang Belajar               : 13 Ruang Kelas, Lab. Komputer, Lab. Bahasa,
  Lapangan Olah Raga
Desa-Kelurahan            : Pandeglang
Kecamatan                   : Pandeglang
Nama Kepala Sekolah  : Ujang Kaharudin, S.Pd
Nip                               : 195903011979121005
No. Hp Kepala Sekolah: 081318270759
Email                              : ujang_kh@yahoo.com
B.   Proses Wawancara dan Observasi di SD negeri 4 pandeglang
          Pada hari Jumat 16 Mei 2014, sekitar pukul 08.30 WIB saya sampai ke SD NEGERI 4 Pandeglang untuk melakukan observasi setelah sebelumnya sudah melakukan perizinan untuk melakukan obervasi ini di jauh-jauh Hari, pertama yang saya lakukan yakni menemui guru BK dan kepala sekolah di SD tersebut. Pihak sekolah meminta waktu untuk observasi karena sekolah tersebut sedang mengikuti lomba didaerah Tangerang, akhirnya kita menyepakati permintaan pihak sekolah dengan meminta ganti waktu.  namun, pada saat kita ingin melakukan observasi sesuai dengan perjanjian, kita tidak bisa observasi karena ada rapat dadakan antar guru, dan kita pun datang dilain waktu. Alhamdulilah, setelah waktu sempat tertunda akhirya  kami kembali di sambut dengan baik oleh kepala sekolah dan guru-guru disana, terutama bapak Ujang Kaharudin, S.Pd kepala sekolah disana.  Kami di beri waktu dan ruangan untuk melakukan observasi yang melebihi kata cukup, Sebelumnya kami diberi informasi tentang profil SDN 4 pandeglang, Obervasi dilakukan sampai waktu sebelum sholat zuhur.
C.  Hasil Wawancara dan Observasi
Wawancara dan Observasi Pertama kepada Guru yang bersangkutan
Topik                    : Pengembangan Pembelajaran.
Narasumber          : Ibu Yuyun Yunani, S.Pd
Tetela                    : Pandeglang, 19 oktober 1973
Alamat                  :Jl. Raya Serang Km. 35 Kamp.Kalangan Tanjung.
Nip                       : 197310192006042008
Jabatan                  : Guru Kelas 5A
Tanggal                 : Kamis 07 Mei 2015
Tempat                  : SD Negeri 04 Pandeglang
D.  Daftar Pertanyaan

1.      Dalam mengajar kelas v ini, ibu menggunakan kurikulum apa ya?
2.      tidak pindah bu?
3.      apakah ibu mendapat kesulitan dalam menggunakan K13?
4.      Apakah anak didik mengalami kesulitan dalam pemblajaran menggunakan k13?
5.      strategi apa saja yang ibu lakukan dalam mengajar?
6.      bahan dan materi apa saja yang Ibu digunakan dalam mengajar?
7.      Apakah ibu membuat dan menggunakan media pembelajaran dalam mengajar?
8.      Apakah ibu hanya mengajar dikelas?
9.      bagaimana teknik ibu dalam mengajar dikelas?
10.   apa saja sarana prasarana disekolah untuk menunjang pembelajaran disekolah?
11.  kendala apa saja yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran?
12.  bagaimana ibu menangani keributan tersebut?
13.  bagaiman cara agar anak siswa seluruhnya tercangkup daam hal verbal maupun visual?
14.  apa benar penerimaan siswa di lakukan berdasarkan domisili siswa?
15.  bagaimana cara agar membuat siswa agar aktif semua dalam KBM?
16.  bagaimana menangani anak yang biasanya aktif namun tiba-tiba berubah menjadi pasif?
17.  saat ini terdapat sekolah yang menjadikan membaca sebagai salah satu syarat masuk SD, bagaimana menurut ibu sedangkan menurut psikolog seharusnya sang anak jangan diajarkan membaca dahulu?
18.  bagaimana ibu mengetahui kemampuan setiap masing-masing anak didik?
19.  mana yang lebih ibu tekankan antara proses dan hasil?
20.  aspek apa saja yang digunakan dalam penilaian?
21.  bagaimana jika dari ketiga itu ada salah satu yang tidak tercapai?
22.  bagaimana jika ada siswa yang nilainya kurang memenuhi?
23.  dalam proses pengajaran tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, bagaimana jika tujua tersebut tidak tercapai?
24.  apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kurikulum?
25.  Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran?
26.  Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran?
27.  Apa yang ibu lakukan diawal pembelajaran?
28.  Cara-cara penilaian yang seperti apa yang ibu lakukan dalam pembelajaran?
29.  Apakah ada konsep dalam kurikulum? Jika ada sebutkan!
30.  Bagaimana persiapan ibu dalam penerapan kurikulum?
31.  Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran di kelas?
32.  Apakah anak didik sering merasakan kejenuhan dalam pembelajaran?
33.  Metode mengajar seperti apakah yang lebih disukai oleh anak didik?
34.  Apakah RPP dan silabus penting untuk digunakan dalam pembelajaran?
35.  Apa yang ibu lakukan disetiap akhir pembelajaran?
36.  Apakah isi kurikulum yang sekarang beda dengan yang dulu?
37.  Bagaimana cara ibu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dalam pembelajaran?
38.  Apakah buku pelajaran yang dipakai juga ikut diganti dalam setiap pergantian kurikulum?
39.  Apa saja komponen-komponen yang ada dalam kurikulum?
40.  Apakah kurikulum di Indonesia sama dengan kurikulum di negara-negara lain?
41.  Apakah tersedia panduan pembelajaran bagi guru?
42.  Adakah dampak positif dan negatif dalam setiap perubahan kurikulum?
43.  Apa fungsi RPP dan silabus bagi guru?
44.  Apa yang terjadi jika guru tidak menggunakan kurikulum dalam pembelajaran?
45.  Apakah sering ada masalah yang ibu temui dalam setiap pembelajaran di kelas?
46.  Bagaimana cara ibu menanggapinya?
47.  Menurut ibu mengapa kurikulum harus dievaluasi?
48.  Apakah misi dan tujuan sejalan dengan kurikulum sekolah?
49.  Apakah kurikulum selalu sesuai dengan perkembangan usia anak didik?
50.  Apakah kurikulum dapat digunakan selama bertahun-tahun, meningkatkan pengetahuan dan informasi yang dipelajari sebelumnya?
51.  Jika ibu disuruh memilih antara kurikulum yang sekarang dengan yang lama lebih memilih yang mana? Mengapa?
52.  Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum?
E.   Hasil Wawancara

P: Dalam mengajar kelas v ini, ibu menggunakan kurikulum apa ya?
N: pakai kurukum 2013
P: tidak pindah bu?
N : tidak, tetap tidak pindah dan tetap memakai RPP K13
P:apakah ibu mendapat kesulitan dalam menggunakan K13?
N: Dibilang sulit ya tidak kok ya enjoy aja dinikmati saja karena memang sudah seharusnya seperti itu kan.
P: Apakah anak didik mengalami kesulitan dalam pemblajaran menggunakan k13?
N: tidak kok, karena gurunya mengajarnya k13 ya berati harus mengikuti
P: strategi apa saja yang ibu lakukan dalam mengajar?
N: pertama membuat persiapan,membuat RPP kemudian menyesuaikan dengan programnya setelah itu baru kita laksanakan, jadi buat perencanaan dulu.
P: bahan dan materi apa saja yang Ibu digunakan dalam mengajar?
N: untuk media bisa menggunakan infokus ataupun secara langsung.
P: apakah ibu membuat dan menggunakan media pembelajaran dalam mengajar?
N: ya ada juga media pembelajaran yang disesuaikan dengan tema dalam mengajar.
P: apakah ibu hanya mengajar dikelas?
N: tentu saja tidak contohnya ketika belajar mengenai ekosistem nah disitu kita ajalah anak kekebun atau minimal ketaman sekolah kemudian anak disuruh menjelaskan apa saja ekosistem yang ada ditaman, nah dari situ suanak dapat menjelaskan. Karena proses belajar secara langsung membuat ssang ank mudah mengerti dan paham akan apa yang diajarkan.
P: bagaimana teknik ibu dalam mengajar dikelas?
N: biasanya dengan membuat kelompok, agar sang anak dapat berdiskusi dengan teman sekelompoknya
P: apa saja sarana prasarana disekolah untuk menunjang pembelajaran disekolah?
N: sekolah memfasilitasi laptop, papan tulis dan infokus
P: kendala apa saja yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran?
N: kendalanya itu ketika sedang enak belajar, ada anak yang ribut ngobrol, sehingga menggangu keseriusan yang lain, akhirnya membuat anak yang sedang serius belajar bukan terfokus pada apa yang diajarkan malah terfukos pada keributan tersebut
P: bagaimana ibu menangani keributan tersebut?
N: menanganinya dengan cara menasehati anak tersebut.
P: bagaiman cara agar anak siswa seluruhnya tercangkup daam hal verbal maupun visual?
N: caranya dengan menanyakan dan mengalokasikan siswa yang penglihatanyanya kurang jelas di keposisikan ketempat tempat yang lebih terjangkau oleh penglihatan mereka. Selain itu untuk siswa yang lain dilakukan perputarantempat duduk. Sehingga setiap siswa dapat memperoleh hak yang sama.
P: apa benar penerimaan siswa di lakukan berdasarkan domisili siswa?
N: tidak juga, saat pihak sekolah menetapkan jarak domisili siswa itu karena agar siswa dapat tertib terhadap waktu. Jika jarang rumah siswa ke sekolah jauh, itu akan berpengaruh pada proses penempuhan yang cukup lama dan memakan waktu yang lebih banyak sehingga dikhawatirkan selain terlambat sang anak juga di takutkan kewalahan sebelum belajar yang mengakibatkan ketidak optimalan siswa dalam proses belajar
P: bagaimana cara agar membuat siswa agar aktif semua dalam KBM?
N: biasanya dengan cara ganti metode dan strategi dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat terstimulus untuk lebih aktif
P: bagaimana menangani anak yang biasanya aktif namun tiba-tiba berubah menjadi pasif?
N: menangani anak yang tiba-tiba pasif dengan cara kita menanyakan kepada si anak mengapa dia bisa berubah dan kita pancing sang anak agar secara tidak sadar ia mau bercerita. Selain itu kita bekerja sama juga kepada orang tua untuk mencari tahu penyebab dari kepasifan anak tersebut.
P: saat ini terdapat sekolah yang menjadikan membaca sebagai salah satu syarat masuk SD, bagaimana menurut ibu sedangkan menurut psikolog seharusnya sang anak jangan diajarkan membaca dahulu?
N: saya kurang setuju jika membaca dijadikan salah satu syarat masuk sekolah dasar.
P: bagaimana ibu mengetahui kemampuan setiap masing-masing anak didik?
N: untuk mengetahui kemampuan kita lakukan dengan cara evaluasi, nah jika nilai masih kurang bisa kita lakukan dengan car remedial.
P: mana yang lebih ibu tekankan antara proses dan hasil?
N: saya lebih menekankan kedua-duanya. Anatara proses dan hasil harus seimbang.
P: aspek apa saja yang digunakan dalam penilaian?
N: kalau dalam k13 aspek yang digunakan ada ada 3. Sikap, keberhasilan dan keterampilan
P: bagaimana jika dari ketiga itu ada salah satu yang tidak tercapai?
N: seperti sikap, jika sikapnya tidak baik yang tidak bisa naik namun sebelumnya diberi perbaikan dulu dan nasehat terlebih dahulu.
P: bagaimana jika ada siswa yang nilainya kurang memenuhi?
N: jika terdapat siswa yang nilainya tidak memenuhi berati siswa itu harus diberi remedial sampai nilainya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Namun jika setelah berulang-ulang diperbaiki ternyata tetap tidak mencukupi dan sudah mentok maka untuk menutupi nilai bisa mengambil nilai dari nilai keterampilannya.
P: dalam proses pengajaran tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, bagaimana jika tujua tersebut tidak tercapai?
N: jika tujuan pembelajaran tidak tercapai tentunya kita harus bertanya dahulu pada diri sendiri mengapa ini bisa terjadi.
P: apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kurikulum?
N: sudah namun belum sepenuhnya
P : Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran?
N : Guru melakukan pembelajaran sesuai RPP yang berpedoman pada kurikulum atau silabus pembelajaran
P : Apa yang ibu lakukan diawal pembelajaran?
N :   -     Mengabsen kehadiran
-         Berdo’a
-         Melakukan apersepsi
-         Menginformasikan tofik, tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
-         Melakukan pra test
P : Cara-cara penilaian yang seperti apa yang ibu lakukan dalam pembelajaran?
N :   -     Pra test (penilaian awal)
-         Mid test (penilaian proses)
-         Pos test (penilaian akhir)
P: Apakah ada konsep dalam kurikulum? Jika ada sebutkan!
N : Kesesuaianpada usia peserta didik, karakteristik dan lingkungan
P: Bagaimana persiapan ibu dalam penerapan kurikulum?
N :     -    Disesuaikan dengan tugas pokok seorang guru yaitu membuat RPP
-         Melaksanakan pembelajaran
-         Penggunaan media
-         Alat peraga
-         Melaksanakan penilaian
-         Melaksanakan remedial
-         Pengaiaan
-         Bimbingan
-         Menganalisis ulang harian
-         Mengisi daftar nilai, dan
-         Mengevalusi
P: Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran di kelas?
N : Media yang saya gunakan disesuaikan dengan materi, ketersediaan ruangan, juga disesuaikan dengan karakter anak
P: Apakah anak didik sering merasakan kejenuhan dalam pembelajaran?
N : Sering
P: Metode mengajar seperti apakah yang lebih disukai oleh anak didik?
N: yaitu metode yang dikuasai oleh guru saja, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan memberikan kesenangan bagi anak didik
P: Apakah RPP dan silabus penting untuk digunakan dalam pembelajaran?
N : Tentu Saja
P : Apa yang ibu lakukan disetiap akhir pembelajaran?
N : - Menyimpulkan materi pelajaran
-         Umpan balik
-         Pemajangan hasil
-         Tindak lanjut
P : Apakah isi kurikulum yang sekarang beda dengan yang dulu?
N : Isinya sama, hanya dalam strategi saja yang beda
P : Bagaimana cara ibu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dalam pembelajaran?
N : Jika setiap pergantian kurikulum pembelajaran dilakukuan dari setiap buku mana saja yang sesuai (tidak setiap pergantian kurikulum)
P : Apakah buku pelajaran yang dipakai juga ikut diganti dalam setiap pergantian kurikulum?
N : Tidak Selalu
P : Apa saja komponen-komponen yang ada dalam kurikulum?
N :              -     Motivasi
-         Karakteristik Peserta Didik
-         Penghargaan (reword)
-         Pengaturan
-         Belajar Individu atau kelompok
-         penilaian
P : Apakah kurikulum di Indonesia sama dengan kurikulum di negara-negara lain?
N : Tidak, kecuali sekolah-sekolah yang bertarap Internasional
 P : Apakah tersedia panduan pembelajaran bagi guru?
N : Ada
 P : Adakah dampak positif dan negatif dalam setiap perubahan kurikulum?
 N : Positif => adanya perubahan dalam hal pembelajaran yang menuntut kreatifitas dan inovasi dari lingkungan pendidikan
         Negatif => kurikulum sebelumnya belum terealisasi atau kelihatan keberhasilannya sudah diganti  lagi dengan yang baru, dan menjadi beban bagi tenaga pendidik
P : Apa fungsi RPP dan silabus bagi guru?
N : Sebagai pedoman/acuan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
P : Apa yang terjadi jika guru tidak menggunakan kurikulum dalam pembelajaran?
N :   Pembelajara tidak akan berjalan lancar dan tidak sesuai
P : Apakah sering ada masalah yang ibu temui dalam setiap pembelajaran di kelas?
N : Pasti Ada
P : Bagaimana cara ibu menanggapinya?
N : Cara mengatasinya dengan melaksanakan sebuah perbaikan dalam pembelajaran sehingga masalah yang muncul dapat diselesaikan
P : Menurut ibu mengapa kurikulum harus dievaluasi?
N : Karena kurikulum yang diterapkan sudah tercapai atau belum
P : Apakah misi dan tujuan sejalan dengan kurikulum sekolah?
N : Iya
P : Apakah kurikulum selalu sesuai dengan perkembangan usia anak didik?
N: Iya
P : Apakah kurikulum dapat digunakan selama bertahun-tahun, meningkatkan pengetahuan dan informasi yang dipelajari sebelumnya?
N : Bisa iya dan bisa tidak, tergantung pada minat dan guru dalam mengembangkan minat anak didiknya
P: Jika ibu disuruh memilih antara kurikulum yang sekarang dengan yang lama lebih memilih yang mana? Mengapa?
N: Saya lebih memilih yang sekarang yaitu KTSP, karena kurikulumnya dapat ditetapkan/disesuaikan oleh sekolah masing-masing dan standar kelulusannyapun ditetapkan oleh masing-masing
P: Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum?
N: Kelebihan => setiap sekolah tidak menentukan standar sekolah, karena sudah ditetapkan secara nasional
      Kelemahan => kurikulum masih nasional, jadi belum tentu kurikulum itu sesuai dengan setiap Sd yang lain






BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
          Secara umum kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, karena kita bisa memperoleh data informasi yang akuarat langsung dari  objek sasaran.


























BAB VI
LAMPIRAN
4.1 Foto – foto pada saat kegiatan observasi
 






















                                                                              

 


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar